MOW (Metode Observasi dan Wawancara)
Wawancara Telpon dan Wawancara
Tatap Muka
oleh : M. FAJRI
Wawancara telpon saya lakukan
pada tanggal 7 September 2012 pukul 20.12 WIB. Subjek yang menjadi interviewee
bernama Anissa Suryadarma yang merupakan teman dari teman SMA saya dulu. Saya
yang memulai menelpon Anissa ini dan mengajukan beberapa pertanyaan terkait
dengan nama, alamat, umur, (perkenalan diri), hobi, aktivitas saat ini, di
universitas mana ia kuliah, dan status hubungan saat ini apakah punya pacar
atau tidak. Saya mengajukan pertanyaan secara beraturan yaitu dengan menanyakan
hal yang bersifat umum dahulu, baru setelah itu menanyakan hal-hal yang
bersifat khusus. Anissa mengaku ia berumur 19 tahun dan kuliah di Universitas
Andalas, Padang Sumatera Barat. Ia juga tinggal di Jalan Teuku Tunggul Hitam,
Padang. Ia mempunyai hobi membaca, mendengarkan musik, dan hangout bareng teman-teman kampusnya. Ia juga mengaku bahwa
aktivitasnya saat ini lebih fokus terhadap kuliah dan kegiatan organisasi
kemahasiswa di kampusnya. Ketika saya menanyakan status hubungannya ia menolak
untuk memberi tahu saya dan saya menghargai sikap Anissa karena dari awal saya
berupaya membangun rapport yang baik
agar ia lebih mudah menjawab pertanyaan saya dan tidak canggung.
Lalu, pada tanggal 8 September
2012 pukul 12.22 WIB, saya melakukan wawancara dengan teman dari teman saya
yang kuliah di fakultas ekonomi Universitas Gunadarma, ia bernama Noh Saputri.
Saya menanyakan hal yang sama seperti wawancara telpon seperti nama, umur,
alamat, hobi, aktivitas saat ini, di universitas mana ia kuliah. Wawancara ini
dilakukan di tempat si interviewee kuliah, yaitu Universitas Gunadarma.
Persamaan wawancara telpon dan tatap muka
: interviewee masih sama-sama canggung karena baru kenal dan tidak tahu mau
ngomong apa(harus ada probing dari interviewer sendiri), waktunya tidak
cukup lama karena kecanggungan pihak interviewee-nya.
Perbedaaan : Pada wawancara tatap muka lebih mengalir suasana interviewee, tidak
monoton, observasinya kaya karena adanya kontak mata, dan body language dari interviewer dan interviewee sendiri.
Pada
wawancara telpon
ada masalah teknis seperti suara tidak terdengar, kita tidak bisa mengobservasi
tingkah laku dan body gestures si
interviewee apakah ia canggung atau tidak. Hanya nada suara agak ragu saja yang menjadi patokan saya bahwa
si interviewee canggung untuk menjawab pada wawancara ini. Dan juga wawancara
ini kurang menggali hal-hal yang bersifat sensitif atau topik-topik yang ingin
kita ketahui dari si interviewee.
Perasaan
yang timbul:
Baik wawancara tatap muka dan telpon sama-sama ada nada canggung atau rasa
canggung, malu-malu.
Bagaimana
memulai kontak :
Pada wawancara telpon saya terlebih
dahulu memintakan izin kepada teman saya yang kenal dengan temannya tersebut
agar tidak terkesan mengganggu privasi. Saya katakan bahwa saya ingin belajar
mewawancarai orang. Dalam melakukan kontak, saya menelpon dengan nada yang
sopan dan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, lalu kemudian saya arahkan
si interviewee kepada beberapa pertanyaan yang sudah saya list dari awal. Pertanyaan yang berisi cukup umum dan ada juga yang
bersifat khusus atau pribadi,tujuannya adalah agar wawancaranya tidak monoton
dan tidak hanya terkesan basa-basi saja. Pada wawancara tatap muka, saya juga
yang memperkenalkan diri dulu sembari meminta izin apakah si interviewee mau
untuk menyediakan waktu untuk diwawancarai. Setelah itu saya mulai wawancara
dan mengajukan semua pertanyaan yang sudah saya list.
Apa
ada pengaruh kontak mata, body gestures,
penampilan pada proses wawancara?
Ada pengaruh yang signifikan karena pada
wawancara tatap muka yang kaya akan observasi. Dari wawancara ini, saya bisa
melihat ekspresi wajah, bisa melakukan kontak mata pada interviewee agar dianya
juga fokus ke saya dan bisa menjawab pertanyaan saya. Body gestures si interviewee juga bisa saya perhatikan selama
proses wawancara, bahwa ada rasa canggung ketika ia menggerakkan tangannya agak
lama, goyang-goyang kaki, garuk-garuk kepala. Penampilan saya juga harus rapi
ketika wawancara, karena bisa mempengaruhi cara si interviewee dalam menilai
keseriusan kita untuk mewawancarai. Hal ini bisa saya perhatikan selama proses
berlangsungnya wawancara tatap muka. Hal seperti ini tidak bisa saya dapatkan
ketika melakukan wawancara melalui telpon karena tidak adanya aspek kontak
mata, body gestures, dan penampilan.