PSIKOLOGI
KOGNITIF
DISUSUN OLEH
AHMAD NURIZKI RIFAIE/1006663783
ANDREAS ABEDNEGO/1006770204
DENNY ADRE/1006688741
MOCH IKHSAN ARIDANI/1006689183
M.FAJRI/1006689076
I. Dasar-Dasar Eksperimen
Kami melakukan
penelitian ulang tentang phonological loop. Salah satu bentuk ekperimen phonological
loop di sini adalah articulatory suppression task. Dalam eksperimen
ini, membuktikan bagaimana batasan kapasitas working memory yang dimiliki
manusia dan mengukur kemampuan manusia dalam melakukan lebih dari satu hal
dalam suatu waktu ketika manusia menggunakan working memory yang
dimiliki dalam mengerjakan lebih dari satu hal. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kapasitas working memory manusia. Manusia membutuhkan
kemampuan lebih untuk melakukan lebih dari satu hal dalam satu waktu.
Dalam penelitian ini
kami diminta untuk membuktikan apakah performa partisipan lebih buruk ketika
dihadapkan articulatory supression dibanding ketika mereka hanya membaca
dalam keadaan tenang.
Phonological loop adalah komponen yang berkaitan dengan ucapan dan pendengaran yang
berperan penting terhadap pengolahan (rehearsal) informasi verbal dan
proses yang bersifat phonological (Aschcraft & Radvansky, 2010).
Terdapat dua sub-komponen pada phonological loop, yaitu phonological
store dan articulatory loop. Untuk mempermudah memahami kedua
sub-komponen tersebut, Ashcraft & Radvansky menggunakan istilah inner
ear untuk menggambarkan phonological store dan istilah inner
voice untuk menggambarkan articulatory loop (Ashcraft &
Radvansky, 2010).
Dari tiga efek mengenai
bagaimana phonological loop itu sendiri bekerja, yaitu word length
effect, articulatory suppression effect dan phonological similarity
effect dalam Ashcraft & Radvansky (2010), penelitian ini berfokus pada
pembuktian dari efek articulatory suppression. Articulatory
suppression sendiri menurut Murray dalam Ashcraft & Radvansky (2010)
merupakan penemuan bahwa individu memiliki memori yang lebih lemah ketika
mereka diminta untuk mengatakan suatu hal ketika mereka mencoba untuk mengingat
hal lain yang berbeda.
Salamé and Baddeley
dalam Hanley & Bakopoulou (2003), berpendapat bahwa ucapan kata yang
tidak relevan dapat mengganggu penyimpanan memori verbal yang bersifat
sementara yang ada dalam phonological input. Materi yang diucapkan
memiliki akses ke phonological store, sedangkan materi yang dilihat
secara visual akan masuk ke dalam phonological store jika diucapkan (atriculated)
(Hanley & Bakopoulou, 2003). Sejalan dengan prosedur atriculatory
suppression secara teoritis, penelitian Hanley dan Bakopoulou (2003)
menunjukkan adanya efek yang signifikan dari irrelevant speech terhadap
informasi yang disampaikan secara auditori. Hal itu disebabkan oleh informasi
yang disampaikan secara auditori memasuki sub-komponen phonological store secara
otomatis dan informasi-informasi inilah yang akan terganggu oleh adanya irrelevant
speech.
Pada penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Padilla, Bajo & Macizo (2005), yang prosedur
penelitiannya kurang lebih sama dengan penelitian dalam laporan ini, secara
garis besar ditemukan bahwa ada pengaruh dari efek articulatory suppression.
Penelitian tersebut menggunakan variabel lain yang tidak ada dalam
penelitian dalam laporan ini.
II. Prosedur Penelitian
Partisipan penelitian
berjumlah 5 orang. Masing-masing mereka diuji satu persatu. Kemudian
masing-masing partisipan penelitian diberikan articulatory suppression task.
Untuk menguji adanya efek articulatory suppression tersebut,
penelitian ini menggunakan model absent-present manipulasi terhadap
partisipan. Task ini terbagi dalam dua fase. Fase pertama
masing-masing peserta dihadapkan atau diperlihatkan 10 kata yang berbeda dan
diperlihatkan secara bergantian. Peneliti menentukan kata apa yang akan
diberikan kepada partisipan penelitian. Masing-masing kata dihadapkan kepada
partisipan dengan durasi kurang lebih 1 detik. Setelah 10 kata ditampilkan,
partisipan diminta untuk mengingat kembali 10 kata tersebut dan menuliskan
kembali pada secarik kertas 10 kata yang dapat dia ingat. Partisipan dibebaskan
menuliskan kata walau tanpa berurutan. Kemudian, peneliti mencatat jumlah kata
yang ditulis secara tepat.
Fase kedua, peneliti
menambahkan suatu kondisi (manipulasi). Pada kondisi ini, partisipan diminta
menyebutkan kata “THE” secara terus menerus atau kontinu. Kemudian secara
bersamaan sembari menyebutkan kata tersebut, partisipan diperlihatkan 10 kata
yang telah dipersiapkan oleh peneliti. 10 kata ini semuanya berbeda dengan pada
fase pertama tadi. Kemudian, setelah kata ke-10 selesai, partisipan kembali
diminta menuliskan kata-kata yang diperlihatkan oleh peneliti. Peneliti
selanjutnya, menghitung jumlah kata yang dijawab secara tepat oleh partisipan.
Di akhir dari setiap fase, akan muncul layar yang menginstruksikan partisipan
untuk menulis kembali kata-kata yang sudah ditampilkan selama kurang lebih 3
menit.
Daftar 10 kata pada fase
pertama antara lain adalah: between, apple, comment, father, story, polite,
from, enough, search dan future, sedangkan daftar 10 kata pada fase
kedua antara lain: figure, action, mother, became, making, really, either,
office, common dan moment. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
media tablet sebagai media untuk menampilkan 20 kata dan tidak menggunakan
kartu seperti yang digunakan pada penelitian yang direplikasi. 10 kata untuk
dibaca dalamkeadaan diam dibuat sendiri oleh peneliti sedangkan 10 kata lain
untuk dibaca dalam keadaan articulatory suppression diambil dari daftar
yang ada dalam buku Ashcraft & Radvansky (2010) halaman 168.
III. Penemuan Eksperimen (pada buku Ashcraft)
Ada 10 kata yang
tersedia pada suatu cacatan atau kartu. Lalu partisipan dibuat untuk membaca
kata-kata tersebut secara berurutan dengan jeda waktu 1 detik setiap katanya
sebelum pindah ke kata selanjutnya. Ketika kata terakhir telah selesai
ditunjukkan dan dibaca, partisipan diharuskan untuk menuliskan sebanyak mungkin
kata yang dapat diingat. Pada percobaan pertama, partisipan hanya membaca
kata-kata yang disediakan dengan tenang. Lalu untuk percobaan articulatory
suppression, partisipan dibuat untuk mengatakan kata “the” secara
berulang kali sambil membaca kata-kata yang diujikan. Ketika membaca kata-kata
yang tersedia, partisipan diwajibkan untuk mengucapkan “the” hingga daftar kata
telah habis atau selesai. Hal yang dapat ditemukan adalah performa partisipan
lebih buruk pada articulatory suppression dibandingkan dengan partisipan yang
hanya membaca dengan tenang atau diam.
Hasilnya, dengan
berbicara saat periode retensi, kapasitas dari articulatory loop akan
tergunakan sehingga kata-kata dalam phonological store tidak dapat di-refresh
dan kemudian hilang (Ashcraft & Radvansky, 2010). Proses berbicara saat
menghafalkan suatu hal tersebut dapat dikategorikan ke dalam irrelevant
speech yang menurut Ashcraft & Radvansky (2010) sangat menyusahkan
seseorang untuk menyimpan informasi baru ketika irrelevant speech berada
di sekitar individu tersebut. Irrelevant speech tersebut mengganggu
komponen phonological loop, menghabiskan kapasitas dan mengakibatkan
seseorang untuk melupakan informasi verbal (Ashcraft & Radvansky, 2010).
IV. Hasil Penelitian
IV.1 Data Penelitian:
Partisipan 1
Membaca dengan tenang
Between - Father -
Comment - Apple - Story - Search - Future - From (8 words
recalled)
Membaca dengan articulatory suppression
Membaca dengan articulatory suppression
Action - Mother - Become
- Either - Office - Common (6 words recalled)
Partisipan 2
Membaca dengan tenang
Between - Apple -
Comment - Future - Father (5 words recalled)
Membaca dengan articulatory
suppression
Action - Figure - Mother
- Making - Common - Office (6 words recalled)
Partisipan 3
Partisipan 3
Membaca dengan tenang
Between - Apple - Father
- Story - Search - Polite - Comment (7 words recalled)
Membaca dengan articulatory
suppression
Figure - Mother - Making
- Moment - X Baking (4 words recalled)
Partisipan 4
Partisipan 4
Membaca dengan tenang
Between - Apple -
Comment - Father - Story - Polit - X Form - Enough (7 words recalled)
Membaca dengan articulatory suppression
Membaca dengan articulatory suppression
Mother - X Before -
Making - Action - Either - X Future (4 words recalled)
Partisipan 5 → pengecualian karena sudah membaca daftar yang digunakan pada ke empat partisipan sebelumnya, sehingga diberikan 20 daftar kata yang baru
Partisipan 5 → pengecualian karena sudah membaca daftar yang digunakan pada ke empat partisipan sebelumnya, sehingga diberikan 20 daftar kata yang baru
Membaca dengan tenang
Gorgon - Illuminate -
State - Further - Hijack - Limp - Consilation (7 words recalled)
Membaca dengan articulatory suppression
Membaca dengan articulatory suppression
Slick - X Garlick - Stew
- Shepherd - Grunge - Stream - Denim (6 words recalled)
IV.2 Analisis
Dari hasil penelitian,
dapat dilihat bahwa 4 dari 5 partisipan menunjukkan adanya hasil yang menurun
dalam kondisi articulatory suppression. Pada saat membaca dengan tenang,
partisipan berhasil memasukkan beberapa dari 10 informasi ke dalam phonological
store tanpa adanya gangguan dari articulatory loop. Hasilnya,
informasi masuk ke dalam memori dan dapat direcall saat diminta untuk
menuliskan kembali informasi tersebut.
Di bawah kondisi articulatory
suppression, irrelevant speech yang diulang secara terus menerus mengganggu
proses memasukkan informasi ke dalam phonological store. Di sini, peran articulatory
loop adalah untuk secara terus-menerus me-refresh informasi yang ada
dalam phonological store agar tidak hilang. Adanya irrelevant speech
yang mengganggu proses tersebut membuat informasi yang ingin dimasukkan ke
dalam phonological store tidak di-refresh dan akibatnya menjadi
hilang. Pada akhirnya. ketika diminta untuk merecall 10 kata, partisipan
tidak dapat melakukannya sebaik saat tidak berada dalam articulatory
suppression.
Kesalahan beberapa
partisipan juga dapat dikaitkan dengan adanya irrelevant speech,
terutama partisipan 3, 4 dan 5 yang melakukan kesalahan pada fase kedua.
Kesalahan tersebut terjadi karena irrelevant speech mengacaukan
konsentrasi partisipan sehingga proses memasukkan ke dalam phonological
store terganggu.
V. Analisa Perbedaan
Menurut peneliti, tidak
ada perbedaan yang terjadi dalam penelitian kali ini dengan penelitian dalam
Ashcraft & Radvansky (2010). Hal ini membuktikan bahwa efek articulatory
suppression terjadi akibat adanya irrelevant speech saat proses
memasukkan informasi ke dalam phonological store.
VI. Refleksi Mahasiswa secara Personal
Refleksi diri → Moch. Ikhsan Aridani (sebagai peneliti)
Saat memberikan
instruksi untuk mengulang irrelevant speech yang berupa ‘the’,
partisipan tidak mengerti maksud yang disampaikan. Mereka mengasumsikan bahwa
mereka harus mengucapkan ‘the’ di setiap kata yang ditampilkan daripada
mengucapkan ‘the’ secara terus-menerus seperti yang dimaksud oleh peneliti.
Selain hal tersebut, yang menjadi kendala saat mengambil data adalah untuk
membuat partisipan fokus dalam mengingat kata-kata yang ditampilkan. Peneliti
harus bertingkah laku senormal mungkin agar tidak menyita perhatian dari
partisipan sedetik pun.
Tidak jarang ada
partisipan yang mengarang kata saat diminta untuk menuliskan kembali kata-kata
yang sudah diingat. Dalam penelitian, setidaknya ada dua partisipan yang menulis
kata yang tidak ada dalam daftar. Kedua partisipan tersebut menuliskan kata
yang tidak ada dalam daftar pada fase kedua, yaitu saat diminta untuk mengulang
irrelevant speech ‘the’. Partisipan nomor 3 menuliskan kata Baking yang
tidak ada dalam daftar. Hal ini dapat disebabkan partisipan sudah melihat kata
Making sebelumnya dan kemudian memutuskan untuk menulis Baking. Partisipan
nomor 4 menuliskan kata Future yang ada di daftar kata pada fase pertama. Di
sini bisa diasumsikan bahwa irrelevant speech tidak saja mengganggu
proses memasukkan informasi ke dalam phonological store, tetapi juga
saat merecall informasi itu kembali.
Ada pun partisipan yang
salah dalam pengejaan saat menuliskan kembali kata yang diingat. Saya sebagai
partisipan nomor 5, menuliskan garlick saat fase kedua. Kata yang diminta
adalah garlic. Kesalahan ini saya pahami akibat adanya irrelevant speech yang
mengganggu saat memasukkan informasi pada eksperimen. Kata yang muncul setelah
garlic adalah slick, kemudian saya mengkombinasikan kedua kata tersebut menjadi
garlick saat diminta untuk merecall.
Refleksi diri → Andreas Abednego K (sebagai partisipan)
Pada awalnya saya adalah
partisipan untuk kelompok melakukan eksperimen articulatory suppression.
Pada saat dilakukan eksperiman, saya merasa kesulitan untuk membaca dan
menghafal kata-kata yang diujikan. Hal ini disebabkan karena saya terlalu
mencoba menghafal kata yang muncul sehingga kata-kata berikutnya kurang saya
pahami. Selain itu, ingatan jangka pendek saya lemah. Hal ini menyebabkan hasil
percobaan pertama saya mendapatkan skor 5 atau separuh dari hasil maksimum.
Ketika percobaan kedua atau articulatory suppression dilakukan, saya merasa
lebih mudah untuk menghafal kata-kata yang diujikan sehingga mendapatkan skor
yang lebih baik dari percobaan pertama dengan skor 6. Hal ini bertentangan
dengan hasil yang diharapkan dan yang dijelaskan pada buku Ashcraft dan
Radfansky. Pada buku tersebut dijelaskan bahwa partisipan memberikan performa
yang lebih buruk pada saat eksperimen dengan articulatory suppression sedangkan
hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa kinerja saya justru lebih baik
pada saat ekperimen dengan articulatory suppression. Hasil ini berbeda dengan
partisipan lainnya. Mereka semua menunjukkan hasil yang sama dan sesuai dengan
apa yang dijelaskan di buku. Saya bingung dan tidak tahu mengenai skor yang
saya hasilkan ini berbeda dengan skor pada umumnya.
Refleksi diri → Denny Adre (sebagai partisipan)
Refleksi diri → Denny Adre (sebagai partisipan)
Pada eksperimen 1 tanpa irrelevant
speech, saya berhasil mendapatkan skor delapan dari skor maksimal sepuluh.
Sedangkan pada eksperimen 2 dengan irrelevant speech saya mendapatkan
skor 6 dari skor maksimal 10. Pada experiment pertama, saya dapat
berkonsentrasi untuk menghafalkan kata - kata yang diberikan oleh peneliti
kepada saya. hanya ada sedikit gangguan pada konsentrasi saya yang disebabkan
oleh lingkungan sekitar karena ada beberapa orang yang sedang berbicara. Saya
menghafal dan mengulang kata - kata yang saya lihat dengan menggunakan inner
voice. Proses recall terjadi dengan cepat karena tidak ada distraksi
yang signifikan sehingga kata - kata pada phonological store dapat di recall
dengan baik.
Sedangkan pada
eksperimen 2 yaitu eksperiman articulatory suppression task, skor
saya turun menjadi 6 dari 10 soal yang diberikan. Seperti yang terdapat dalam
buku Ashcraft dan Radfansky, kebanyakan partisipan akan mendapatkan skor yang
lebih rendah pada eksperimen 2. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena irrelevant
speech yang mengganggu proses reherseal saya. Saya hampir tidak
menggunaka inner voice karena benar - benar terdistrak oleh irrelevant
speech yang harus saya lakukan berulang - ulang. Dampaknya langsung terasa
pada saat proses recall dimana saya membutuhkan waktu yang lebih lama
dan hasil yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan eksperimen 1. Hasil
penelitian pada saya membuktikan penjelasan dan prediksi yang terdapat dalam
buku Ashcraft dan Radfansky bahwa hasil pada eksperimen 2 articulatory
suppression task lebih rendah apabila dibandingkan dengan eksperimen
1 yang membaca dengan tenang tanpa irrelevant speech.
1 yang membaca dengan tenang tanpa irrelevant speech.
Refleksi diri → Ahmad Nurizki Rifaie (sebagai partisipan)
Setelah melakukan eksperimen ini
saya mendapatkan pelajaran, bahwa hal-hal tertentu seperti kebisingan, atau ada
kegiatan lain dalam situasi melakukan dua kegiatan, dapat membuat kita lupa
lebih cepat dan lebih banyak akan hal yang baru saja dilakukan bahkan yang baru
saja kita ingat. Hal ini terbukti ketika eksperimen pertama saya menghafalkan beberapa kata tanpa ada situasi
yang mengganggu, dan saya dapat menghafalkan kata yang lebih banyak,
dibandingkan dengan eksperimen pertama, eksperimen kedua saya menghafalkan
beberapa kata tapi dengan situasi yang bebeda, karena ada manipulasi didalamnya
dan manipulasinya adalah saya diminta untuk menghafalkan sejumlah kata-kata,
sambil saya menghafal saya juga diminta untuk mengucapkan kata “dedede” secara
berulang selama proses menghafal tersebut berlangsung. Terbukti pada hasil
penelitian yang membuktikan bahwa kata-kata yang banyak dan cepat dihafal
terdapat pada eksperimen pertama, dimana pada eksperimen tersebut tidak ada
gangguan, berbanding terbalik dengan eksperimen kedua dimana hasilnya hanya
sedikit kata-kata yang bisa dihafal karena terdapat situasi yang membuat proses
menghafal saya menjadi terganggu. Hal ini tentunya dapat membuat saya mengambil
pelajaran didalamnya untuk saya dalam memahami situasi, mempelajari mata
kuliah, dan menghafalkan suatu hal. Bahwa ada situasi-situasi tertentu yang
dapat membuat kita tidak focus terhadap suatu hal, dan tentunya situasi ini
dapat mengganggu proses belajar yang mungkin saya lakukan.
Refleksi diri → M. Fajri (sebagai partisipan)
Penelitian tentang articulatory
suppression ini memang membuktikan bahwa ketika saya melaksanakan
penelitian secara personal seperti langkah-langkah yang tertera di buku
Ashcraft, saya mengalami hal yang serupa dengan hasil penelitian ini.
Penelitian ini merupakan pembuktikan tentang keterbatasan working memory
dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan yang lebih dari satu. Pada fase
pertama ketika dihadapkan sepuluh kata berbahasa Inggris, dan itu hanya berupa
pengingatan tanpa ada kegiatan lainnya selama penelitian, saya dapat mengingat
dan dapat menuliskan kembali kata-kata yang ditayangkan sebelumnya sebanyak 7
buah kata dari 10 buah kata yang ada. Namun, pada fase kedua, sembari saya
diminta unutk mengingat kata yang ditayangkan, saya juga diminta untuk
mengucapkan kata “THE” selama penayangan sepuluh kata berikutnya(akumulasi
kata-kata dari fase satu dan dua adalah 20 buah). Pada fase ini, karena ada
penambahan kegiatan lain selain hanya mengingat, saya hanya bisa menuliskan
kembali 4 buah kata secara tepat dari 10 kata yang ada
Dari hal ini saya
kemudian menyimpulkan bahwa memang terjadi penurunan performa dalam megingat
stimulus jangka pendek. Working memory juga lebih dominan menerima
stimulus yang bersifat jangka pendek atau sementara. Penurunan dari 7 kata ke 4
kata memang membuktikan hal di atas. Ketika seorang diminta hanya melakukan
satu kegiatan yaitu berupa visualisasi, mereka dapat melakukan pengingatan
kembali dengan baik. Berbeda dengan penambahan kegiatan berupa articulatory.
Kegiatan visualisasi dan articulatoy dilakukan secara bersamaan dan
akhirnya mempengaruhi performa dalam mengingat kembali stimulus yang
dihadapakan.
Kata “THE” sengaja
dibedakan dengan kata-kata yang dipaparkan kepada saya karena perbedaan bentuk
stimulus dapat memecah konsentrasi dalam mengingat. Adanya intervensi dari saya
sendiri seperti penyebutan kata-kata “THE” membuat saya susah mengingat
kata-kata yang dipaparkan kepada saya. Justru saya lebih konsentrasi dalam hal
mengucapkan kata “THE” tersebut. Membagi konsentrasi di saat yang bersamaan
cukup susah bagi saya. Apabila ada kata “THE” diganti dengan salah satu kata
yang dipaparkan terhadap saya, maka kemungkinan besar itu dapat membuat saya
teringat akan kata-kata yang dipaparkan tadi karena adanya kesamaan stimulus.
Skema yang saya ucapkan dengan yang diperlihatkan yang sama membuat saya
mungkin dapat mengingat dengan baik. Namun, dalam peneltian ini memang sengaja
dipilihkan kata yang kontras atau sangat tidak ada kaitan dengan kata-kata yang
dipaparkan kepada saya.
Dalam hal ini,
sebenarnya juga ada kaitannya dengan kemampuan multitasking. Ada orang
yang hanya dapat melakukan satu kegiatan dalam satu waktu, hal ini memang
umumnya dilakukan oleh orang banyak. Namun, kemampuan melakukan lebih dari sat
kegiatan dalam satu waktu dan output kedua kegiatan yang dihasilkan sama
baiknya, maka ia dapat melakukan multitasking tersebut. Hal ini memang
membutuhkan latihan. Apabila dikaitkan dengan peneltian ini maka dapat
dikatakan orang yang multitasking dapat melakukan hal yang sama baiknya
ketika diminta untuk mevisualisasikan dan mengucapkan kata “THE” secara
bersamaan. Berbeda dengan saya, yang memang tidak bisa multitasking, ketika
disuruh melakukan hal tersebut , saya mengalami penurunan dalam hal performa
saat fase kedua yang notabene membutuhkan kemampuan yang ekstra.
Daftar Pustaka
Ashcraft, M. &
Radvansky, G.A. (2010). Cognition (5th. ed.). Upper Saddle River, NJ:
Pearson
Hanley, J.R. &
Bakopoulou, E. (2003). Irrelevant speech, articulatory suppression, and
phonological similarity: a test of the phonological loop model and the feature
model. Psychonomic Bulletin & Review. 10. (2). 435-444
Padilla, F., Bajo, M.T.
& Macizo, P (2005). Articulatory suppression in language interpretation:
working memory capacity, dual tasking and word knowledge. Bilingualism:
Language and Cognition. 8. (3). 207-219