UTS PSIKOLOGI POLITIK
HASIL SURVEI LEMBAGA-LEMBAGA SURVEI NASIONAL MENGENAI ELEKTABILITAS CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PADA PILKADA 2012
OLEH :
DEVIRIANTY
DYAH AYU KARTIKA
MITEA KARINEAS
M.FAJRI
RIZCKA MEITICA
(FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA 2012)
I.
PENDAHULUAN
Lembaga survei bertujuan untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat, partai dan juga kepada calon gubernur dan wakil gubernur itu
sendiri untuk mengetahui seberapa besar seorang calon gubernur dikenal oleh
masyarakat (popularitas) dan seberapa besar kemungkinan masyarakat untuk
memilih calon gubernur tersebut (elektabilitas). Dari hasil survei ini, partai
politik dapat memilih calon gubernur mana yang akan mereka usung sebagai
perwakilan partai. masyarakat juga menjadi lebih tahu calon gubernur mana yang
banyak dikenal secara umum dan yang memiliki kecenderungan untuk dipilih ketika
PILKADA 2012 nanti. Popularitas erat kaitannya dengan elektabilitas karena
mereka yang lebih populer akan memiliki kecenderungan untuk dipilih
(elektabilitas tinggi). Karena itu, hasil dari lembaga survei sangat dinantikan
para cagub dan juga masyarakat. Di Indonesia terdapat berbagai lembaga survei
yang melakukan survei mengenai calon gubernur dan atau calon wakil gubernur,
partai politik, maupun calon presiden dan atau calon wakil presiden. Berikut
ini akan dibahas mengenai beberapa lembaga survei yang sudah melakukan survei
terkait popularitas dan elektabilitas dari calon gubernur dan atau calon wakil
gubernur DKI Jakarta periode 2012. Adapun beberapa lembaga tersebut adalah
Cyrus Network, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Media Survei Nasional (Median),
Pusat Kajian Pembangunan Sosial dan Politik Indonesia (Pusbangsospol), Pusat
Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), dan Integritas
Indonesia (Interindo).
II.
LEMBAGA
SURVEI
2.1 CYRUS
NETWORK
2.1.1
Profil Lembaga Survei
Cyrus Network merupakan
lembaga independen yang menyediakan konsultan politik
untuk membantu para
calon pemimpin maupun partai agar bisa memenangkan pemilihan umum (election)
dengan cara yang efektif dan efisien. Terdiri dari manajemen yang bertugas
untuk membantu pemenangan politik berdasarkan data yang ada. Manajemen Cyrus
Network terdiri dari 9 orang yaitu 1 executive director, 1 program director, 1
research director, 3 senior consultant, dan 3 consultant. Menjabat sebagai
executive director adalah Hasan Nasbi A, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia.
Ada beberapa layanan yang disediakan Cyrus Network, yang pertama
adalah Survei Pemetaan dan Tracking Survey. Layanan ini berguna untuk membantu
para calon menyusun strategi kampanye sekaligus juga mengevaluasi strategi
kampanye yang telah dijalankan. Yang kedua adalah Media Campaign dan
pembentukan opini, berguna untuk membentuk opini masyarakat baik melalui media
mainstream ataupun media yang dibuat sendiri. Jenis kampanye ini dilakukan
secara ‘implisit’ dengan pengemasan lebih seperti edukasi bagi masyarakat. yang
ketiga adalah Campaign Organizer untuk mengorganisir kampanye massa agar
efektif dan dapat dikendalikan. Layanan berikutnya adalah Quick Count dan Real
Count dengan hasil yang dapat diketahui maksimal 3 jam setelah TPS ditutup.
Sementara itu layanan lain yang juga disediakan Cyrus Network adalah desain
atribut dan peraga kampanye, juga pelatihan saksi.
2.1.2
Metodologi
Survey dilakukan Cyrus Network kepada 500 orang responden dengan
tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error +/-4,38 persen
2.1.3
Hasil Survei
Survey yang dilakukan Cyrus Network pada 23-28 Januari 2012
memunculkan 12 nama bakal calon gubernur beserta persentase elektabilitasnya
masing-masing. Peringkat tertinggi ditempati oleh Fauzi Bowo dengan persentase
23, 8 %, disusul Joko Widodo dengan persentase 15, 5 % di urutan kedua, di
urutan ketiga ada Tantowi Yahya dengan persentase 11,5 %, dan Faisal Basri di
urutan keempat dengan persentase 10, 5 %. Empat nama tersebut berada di empat
urutan teratas dengan persentase diatas 10 %. Sementara delapan calon lain
memiliki persentase masing-masing dibawah 10 % dengan persentase terendahnya
sebesar 1,3 %.
Kedelapan calon lain itu mulai dari yang tertinggi hingga yang
terendah adalah Prijanto 4,3 %, Nachrowi Ramli 2,3 %, Nono Sampono 2,3 %, Wanda
Hamidah 2,0 %, Sandiaga S Uno 1,8 %, Triwisaksana 1,5 %, Alex Nurdin 1,3 %, dan
Hendardji Supandji 1,3 %. Sayangnya dari ke 500 orang yang disurvei oleh Cyrus
Network, terdapat mereka yang menjawab tidak tahu dengan persentase cukup besar
yaitu 22,3 %.
Elektabilitas Fauzi Bowo yang menempati peringkat pertama dapat
disebabkan oleh sikap positif masyarakat terhadap partai yang mengusung Fauzi
Bowo sebagai BaCaGub DKI 2012. Peringkat positif masyarakat tersebut adalah
sebesar 45,5 %, lebih tinggi daripada sikap negatifnya sebesar 43,8 %. Faktor
partai yang berperan penting dalam menyokong elektabilitas ini semakin menguat
karena adanya penilaian tidak setuju oleh responden apabila Fauzi Bowo didukung
oleh PDI-P. 48, 6 % responden menyatakan tidak setuju apabila Fauzi Bowo
didukung oleh PDI-P.
Sementara calon lain yang menjadi saingan terberat Fauzi Bowo
adalah Joko Widodo yang berada di urutan kedua dalam peringkat elektabilitas.
Walikota Solo yang semakin populer sejak penemuan mobil Esemka ini terbukti
merupakan saingan terberat Fauzi Bowo sebagai BaCaGub DKI 2012. Hal ini dapat
dilihat dari persentase masyarakat sebesar 38,8 % yang lebih memilih Joko
Widodo sebagai Gubernur DKI apabila calon yang bersaing hanya 2 orang yaitu
Fauzi Bowo dan Joko Widodo.
2.1.4
Kesimpulan
Calon Gubernur dari luar Jakarta ternyata cukup diminati oleh
masyarakat Jakarta, bahkan melebihi calon yang sudah pernah menjabat sebagai
gubernur DKI Jakarta sebelumnya. Dalam persaingan satu lawan satu antara Fauzi
Bowo dan Joko Widodo, masyarakat lebih memilih Joko Widodo dengan persentase
sebesar 38, 8 %, unggul tipis dari Fauzi Bowo dengan persentase sebesar 34 %.
Dengan melihat hasil survey diatas maka dapat disimpulkan bahwa Joko Widodo
merupakan saingan terberat Fauzi Bowo dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta
2012. Sementara nama-nama lain yang muncul sebagai BaCaGub DKI kurang populer
di mata masyarakat, dilihat dari delapan nama lain yang ada di urutan bawah
dengan persentase terendahnya sebesar 1,3 %.
2.2 LEMBAGA
SURVEI INDONESIA (LSI)
2.2.1
Profil Lembaga Survei
Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan oleh YAYASAN PENGEMBANGAN
DEMOKRASI INDONESIA (YPDI) pada bulan Agustus 2003. Lembaga ini bersifat
independen, non-partisan dan nirlaba. Lembaga Survei Indonesia (LSI) berdiri
pada tanggal 17 September 2003 dengan dasar pemikiran bahwa demokrasi Indonesia
dapat stabil dan efektif apabila pemerintahnya sangat responsif terhadap
persepsi, harapan dan evaluasi publik. Proses monitoring atau mengambil data
tentang opini publik secara gradual atau berkala dapat menjadi tambahan atau
sumber bagi proses politik dan pembuatan kebijakan yang merupakan kebutuhan
dasar sistem demokrasi. Survei yang dilakukan secara benar merupakan cara yang
paling efisien, efektif dan akurat untuk memantau opini publik.
Di negara demokrasi, biasanya ditandai kehadiran lembaga survei
atau polling yang kuat. Lembaga-lembaga survei tersebut digunakan dalam hal
mengukur apa yang dipikirkan masyarakat, bagaimana masyarakat menilai kebijakan
pemerintahan, pendapat (opini) serta harapan mereka terhadap pejabat/politisi
maupun institusi yang ada. Survei opini publik membantu mendekatkan
keputusan-keputusan publik dengan aspirasi publik, dan elit mengetahui
keputusan-keputusan yang kurang populer tapi harus dibuat sehingga perlu
dijelaskan kepada publik secara luas. Dengan demikian, pemerintahan demokrasi akan
menjadi semakin legitimate, stabil, bertanggungjawab, dan efektif. Inilah yang
menjadi landasan utama LSI seperti kami kutip di site resmi LSI di http://ww.lsi.or.id/
2.2.2
Metodologi
LSI memakai prinsip probabilitas dalam penarikan
sampelnya. Dalam pengambilan sampel tersebut, lembaga ini menggunakan multistage
random sampling. Pada teknik ini setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden
(randomisasi), sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan hanya
melibatkan sedikit responden. Namun, hal ini akan lebih baik jika memakai
jumlah sampel yang lebih banyak karena akan lebih merepresentasikan kejadian di
sampel ke dalam populasi Meski tanpa melibatkan semua anggota populasi, hasil
survei ini dapat digeneralisasikan untuk dijadikan representasi populasi.
Dalam metode ini terdapat dua fase. Fase pertama, populasi
Indonesia distrata atas dasar populasi di masing-masing provinsi di seluruh
Indonesia sehingga diperoleh sampel dalam jumlah yang proporsional di
masing-masing propinsi. Semua propinsi di Indonesia akan terjaring dalam survei
ini. Strata kedua adalah pembagian atas dasar wilayah tinggal: pedesaan atau
kota, yang proporsinya antara 40% (kota) berbanding 60% (desa). Selain itu,
strata juga dilakukan atas dasar proporsi populasi menurut perbedaan gender:
50% laki-laki, dan 50% perempuan.
Fase kedua, menetapkan desa/kelurahan atau yang setara sebagai primary
sampling unit (PSU), dan karena itu random sistematik
dilakukan tehadap desa/kelurahan di masing-masing propinsi sesuai dengan
proporsi populasi. Di masing-masing desa/kelurahan terpilih kemudian didaftar
nama-nama Rukun Tetangga (RT) atau yang setara, dan kemudian dipilih sebanyak 5
RT secara random. Di masing-masing RT terpilih kemudian didaftar nama kepala
keluarga pada Kartu Keluarga (KK), dan kemudian dipilih 2 keluarga secara
random. Di 2 keluarga terpilih, didaftar anggota keluarga yang laki-laki dan
perempuan yang berumur antara 17-60 tahun. Bila dalam keluarga pertama yang
terpilih menjadi responden adalah perempuan, maka pada keluarga yang kedua di
RT yang sama harus laki-laki yang didaftar(Dikutip dari http://lsi.or.id/)
Prosedur atau kaidah dalam penarikan sampel dalam LSI:
a. Metode penarikan
sampel : Multistage random sampling
b. Jumlah responden
minimal 400 (margin of error ± 5% pada tingkat kepercayaan 95% atau tingkat
LOS: level of significance 0,05)
c. Pengumpulan data:
Wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner
d. Kendali mutu survei:
Pewawancara berstatus minimal mahasiswa dan mendapatkan pelatihan. Wawancara
dilakukan kontrol secara sistematis dengan melakukan cek ulang di lapangan
(spot check) sebanyak 20 persen dari seluruh responden
e. Validasi data:
Perbandingan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei
dengan populasi yang diperoleh lewat sensus (BPS).
2.2.3
Hasil Survei
Alasan komersialisasi menjadi sorotan bagi kami
di sini. Publikasi hasil survei LSI hanya dimuat di media cetak. Kami hanya
melimitasi pencarian data hasil survei dari media online yang dimana LSI hanya
menampilkan dalam bentuk publikasi wacana bukan publikasi secara statistik dan
data yang lengkap. Berdasarkan hasil survei dan sumber dari berbagai media
online yang kami lihat, Fauzi Bowo ditempatkan di urutan teratas oleh lembaga
survei ini. Hal ini disampaikan oleh peneliti senior LSI, Burhanuddin Muhtadi,
yang menyebutkan bahwa tingginya elektabilitas cagub ini karena belum adanya
saingan dari cagub lain yang memiliki track record yang lebih baik
dibanding Foke. Survei ini dilakukan per tanggal 3 Maret 2012.
Elektabilitas partai tidak terlalu berpengaruh terhadap
elektabilitas cagub yang diusung. Menurut peneliti LSI ini, seperti contoh
yaitu Partai Demokrat yang mengalami penurunan dalam hal elektabilitas partai
karena banyaknya kasus internal partai tersebut yang dipaparkan oleh media. Hal
ini kemudian berdampak pada elektabilitas partai ini yang menurun dari 21 persen
menjadi hanya 13 persen. namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap
calon yang disung partai Demokrat, yaitu Foke. Foke menurut hasil survei LSI
masih menjadi primadona atau mempunyai tingkat elektabilitas yang tinggi. Cagub
yang menjadi perhatian menurut survei LSI berikutnya adalah Joko Widodo.
Burhanudin dalam http://okezone.com menyebutkan bahwa Joko Widodo tingkat
popolaritasnya meningkat karena sumbangsihnya dalam dunia otomotif Indonesia.
Ia merupakan pelopor atau yang mengenalkan mobil ESEMKA ke media. Dalam tiga
bulan ini menurut Burhanuddin popularitas Jokowi meningkat.
Popularitas juga merupakan salah satu faktor yang dianggap penting
bagi LSI dalam hal menentukan elektabilitas. Namun, popularitas ini bukan
penentu absolut bagi calon kepala daerah mendapatkan nilai elektabilitas yang
tinggi. Hal ini bisa kita lihat dari Foke dan Jokowi. Mereka berdua sama-sama
mempunyai tingkat popularitas yang tinggi versi LSI. Mereka dirasa cukup mampu
maju menjadi cagub DKI Jakarta. Namun, kembali lagi kepada faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi elektabilitas cagub tersebut.
Peneliti LSI, Burhanuddin Muhtadi kemudian
memaparkan bahwa ada dua hal yang juga menentukan tingkat elektabilitas seorang
calon kepala daerah. Pertama ialah straight ticket voting atau
kemampuan Cagub untuk memaksimalkan dukungan dari internal partai(Internal).
Jelas dalam hal ini, kita mengetahui bahwa Fauzi Bowo didukung oleh beberapa
partai besar yaitu, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Parta Damai Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat
(Hanura), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai
Bulan Bintang (PBB), Partai Matahari Bangsa (PMB), dan Partai Kasih Demokrasi
Indonesia (PKDI). Hal ini kemudian dapat menjadi faktor yang mendukung si cagub
itu dalam hal mengampanyekan dirinya dalam masa kampanye nanti. Dukungan
internal oleh partai besar menurut peneliti LSI Burhanudin, dapat mempermudah
cagub dalam hal perolehan suara karena banyaknya suara yang datang. Kedua, ialah kemampuan Cagub untuk
mencuri dukungan dari pemilih partai lain yang tidak mendukung cagub ini atau
disebut dengan split ticket voting(eksternal). Apabila ia didukung oleh
Partai Demokrat, kemudian si cagub ini dapat mempengaruhi partai pengusung
cagub lainnya seperti Golkar, maka hal ini dapat membuat si cagub itu
mendapatkan tambahan dukungan. Cagub yang seperti ini dapat membuat pendukung
cagub lain berpaling kepadanya dan kemudian memilih dia. Itulah dua modal yang
dibutuhkan oleh calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah selain faktor
popularitas, kepribadian, dan hal lainnya.
2.2.4
Kesimpulan
Hal yang penting dalam elektabilitas seorang kandidat pemimpin
daerah adalah tingkat popularitas para kandidat. Hal itu itu bisa diukur dengan
metode ilmiah yang akurat, yakni survei popolaritas bagi kandidat. Dalam
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, popularitas adalah modal paling dasar
yang harus dipunyai oleh seorang kandidat. Namun, popularitas hanya merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan tingkat elektabilitas calon kepala
daerah. Ada hal lain yang juga menjadi penentu nilai atau persentase
elektabilitas calon kepala daerah tersebut, yaitu kepribadiannya, dukungan
internal dari parta pendukungnya, dan sisi eksternal calon tersebut. Sisi
eksternal dalam hal ini adalah bagaimana ia dapat mempegaruhi pemilih calon
lain untuk memilih dia, bukan calon yang akan mereka pilih. Hal ini merupakan
kemampuan seorang calon kepala daerah dalam menarik dukungan dari kelompok yang
sebenarnya tidak mendukung dia.
2.3 MEDIAN
DAN TFI
2.3.1
Profil Lembaga Survei
Median atau Media SurveI Nasional adalah sebuah lembaga survei
yang didirikan oleh sekelompok aktivis, peneliti muda, dan kelompok
profesional pada tahun 2005. Saat ini, Median dikepalai oleh Rico Marbun, Msc.
Median memfokuskan kegiatan lembaganya dalam dunia perpolitikan daerah. Segala
hal yang berhubungan dengan pemilihan kepala daerah, mulai dari survei, riset,
penyusunan strategi hingga konsultasi riset, perencanaan, perumusan, dan
evaluasi kebijakan publik untuk membantu para kepala daerah dalam memutuskan
kebijakan publik, dilakukan oleh lembaga ini.
2.3.2
Metodologi
Secara umum, survei yang dilakukan Median untuk pemilihan kepala
daerah melalui empat tahap, yaitu: benchmark survey, survey II, survey III
dan IV. Benchmark survey dilakukan di awal survei yang secara umum
bertujuan untuk mengetahui peta demografi politik. Selanjutnya, survei II
yang bertujuan untuk mengukur efektivitas pencapaian hasil pasca survei awal.
setelah itu dilakukan suvei III dan IV. Survei ini saat mendekati dan saat masa
kampanye berlangsung. Fungsi utama dari survei ini adalah mengukur derajat
keefektivitas kampanye, serta identifikasi isu-isu strategis yang dapat
saja muncul sewaktu-waktu dalam masa kampanye.
Survei ini diambil pada tanggal 6 – 17 Februari 2012. Metode
pengambilan data dilakukan dengan cara face to face interview terhadap
900 partisipan yang dipilih secara acak menggunakan teknik multistage random
sampling dengan adanya proporsional atas populasi kotamadya dan gender.
Partisipan berasal dari berbagai suku di Indonesia dengan range usia 17 sampai
lebih dari 65 tahun. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini adalah 95%
(LOS 0.05) dengan margin of error ±3.2%. pada penelitian ini
dilakukan pula quality control terhadap 20% sampel yang ada dan dipilih
secara acak.
2.3.3
Hasil Survei
Ada beberapa dimensi yang diukur oleh lembaga survei MEDIAN. Dalam
paper ini akan kami paparkan hasil suvei yang menggambarkan popularitas dan
elektabilitas balon gubernur DKI Jakarta 2012 dan elektabilitas partai di tahun
2012.
Berdasarkan popularitas tokoh, calon gubernur yang paling populer
adalah Fauzi Bowo atau akrab disapa Foke dengan persentase 96.7% dari seluruh
partisipan mengenal beliau. Pada posisi kedua terdapat Tantowi Yahya dengan
persentase 93.8% dari seluruh partisipan. Selanjutnya ada Prijanto (65.1%),
Triwisaksana atau Bang Sani (56.8%), Wanda Hamidah (56%), Faisal Basri (49.6%).
Fadel Muhammad (49.3%), Biem Benyamin (43.3%), Nachrowi Ramli (34.2%), Joko
Widodo (28%), Priya Ramadani (25.8%), Alex Noerdin (24.7%), Aziz Syamsudin
(22.4%), Hasnaeni (22.2%), Hendarji Soepandji (18.2%), Pramono Edhie (15.3%),
H. Lulung (13.3%), Nono Sampono (9.3%), Sjahrial (7.8%), Abdul Rani Rasyid
(5.3%) dan yang terakhir, Bambang DH (5.1%). Hasil survei tren popularitas
cagub DKI sejak Desember 2010 hingga Februari 2012 mengindikasikan kepopuleran
Fauzi Bowo, Tantowi Yahya dan Nachrowi cenderung stabil sedangkan popularitas
Prijanto cenderung fluktuatif. Sedangkan tren popularitas Triwisaksana, Faisal
Basri, dan Joko Widodo terus meningkat.
Dari aspek elektabilitas, Fauzi Bowo kembali menduduki posisi
teratas dengan persentase 30.7%. Dilanjutkan dengan Tantowi Yahya dengan persentase
elektabilitas 13.8%. Selanjutnya Triwisaksana dengan persentase 8.4%,
Faisal Basri dengan persentase 6.6% dan Nachrowi Ramli 3.3%. Partisipan yang
memilih opsi belum menentukan pilihan sebanyak 21.8% dan sisanya memilih
cagub lain.
Sedangkan hasil survei yang mengukur elektabilitas partai
menyimpulkan PKS sebagai partai yang paling banyak dipilih apabila pemilu
legislatif diadakan saat ini dengan persentase 16.70%. disusul oleh partai
demokrat (15.08%), PDIP (9.77%), Golkar (7.11%), Gerindra (6.54%), PPP (5.24%),
NASDEM (3.33%), PAN (2.09%), HANURA (1.37%), dan PKB (0.67%). Sementara itu,
sebanyak 32% partisipan tidak menyatakan akan memilih partai mana.
2.3.4
Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Median dan TFI, baik
dari segi popularitas maupun elektabilitas, Fauzi Bowo menempati posisi
teratas. Posisi ini disusul dengan Tantowi Yahya yang juga memiliki tingkat
popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Tren popularitas cagub juga
berpengaruh terhadap elektabilitas cagub tersebut, contohnya Prijanto. Dari
segi popularitas, Prijanto menempati posisi ketiga. Namun tren popularitas yang
fluktuatif menyebabkan dirinya tidak masuk dalam lima besar cagub yang memiliki
tingkat elektabilitas yang tinggi. Posisinya tergantikan oleh Triwisaksana,
Faisal Basri dan Nachrowi Ramli yang memiliki tren popularitas terus meningkat
dari Desember 2010 sampai Februari 2012.
Elektabilitas calon gubernur juga didukung oleh partai yang akan
mendukungnya. Apabila elektabilitas partai tinggi, kemungkinan calon gubernur
yang didukung oleh partai tersebut akan mendapatkan banyak suara semakin
tinggi. Partai yang memiliki elektabilitas tertinggi pada saat survei ini
diambil adalah PKS dengan persentase 16.7%. Namun, jika dibandingkan dengan partisipan
yang abstain (32%) persentase ini masih cenderung kecil nilainya.
2.4
PUSBANGSOSPOL
2.4.1
Profil Lembaga Survei
2.4.2
Metodologi
Survei yang dilakukan oleh Pusbangsospol
menggunakan metode klaster, dimana setiap kotamadya DKI Jakarta dianggap 1
klaster dengan total responden (sampel) berjumlah 1.000 orang. Kriteria sampel
dalam survei ini adalah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), dengan kata lain
sudah mempunyai hak untuk memilih calon gubernur. Data yang didapat dianalisis
dengan metode deskriptif dengan software SPSS ver. 17.
2.4.3
Hasil Survei
Pusbangsospol mengadakan survei pada tanggal 1-7 Februari 2012
perihal kepuasan warga tentang kinerja Fauzi Bowo (Foke). Hasilnya lebih dari
60% warga tidak puas atas kinerja Foke dalam bidang kemacetan, banjir,
kemiskinan, dan transportasi-infrasturktur. Bahkan untuk kemacetan, angka
ketidakpuasan warga mencapai 82%. Hanya pendidikan dan kesehatan yang dinilai
cukup baik oleh masyarakat dengan persentase masing-masing 54% dan 42,6%. Dalam
survei yang sama, dipaparkan oleh Heriansyah (Direktur Riset Pusbangsospol)
bahwa ketidakpuasan ini berpengaruh besar terhadap elektabilitas Foke. Hal ini
terbukti dengan poin elektabilitas Foke yang hanya 8,6%. Sedangkan untuk angka
akseptibilitas (tingkat penerimaan) Foke berada di urutan ke-3 dengan persentase
12,3% dibawah Nono Sampono (17,9%) dan Prijanto (19,5%).
Pada hasil survei persepsi masyarakat mengenai tokoh dan parpol
yang akan terpilih menjelang Pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan 1.000 respnden,
Nono Sampono mendapat 16,4% suara yang menyebabkan ia berada di nomor 1 dari 12
nama yang disebut oleh responden survei. Selanjutnya ada Nachrowi Ramli
(13,5%), Prijanto (9,7%), Fauzi Bowo (8,6%), Triwisaksana (5,3%), dan Faisal
Basri (4,6%).
Pusbangsospol juga mengadakan survei popularitas bakal calon
gubernur DKI Jakarta, yang dipublikasikan pada hari Rabu tanggal 15 Februari
2012. Pada survei ini popularitas Fauzi Bowo berhasil menduduki posisi pertama
dengan persentase 28%, diikuti Prijanto dengan persentase 17,8%, dan Nono
Sampono dengan persentase 11,3%. Hasil ini membuktikan bahwa Fauzi Bowo,
Prijanto, dan Nono Sampono menjadi 3 besar bakal calon gubernur DKI Jakarta
yang terpopuler. Di posisi ke-4 ada Faisal Basri (10,2%), kemudian Nachrowi
Ramli (6,1%), Prya Ramadhani (3,8%), Triwisaksana (3,4%), Tantowi Yahya (2,9%),
Joko Widodo (2,2%), Biem Benyamin (2%), Boy Sadikin (1,7%), dan Hendardji
Supandji (0,6%). Sisanya 10% dari responden menjawab tidak tahu atau tidak
menjawab.
2.4.4
Kesimpulan
Dari survei yang dilakukan oleh Pusbangsospol,
terlihat bahwa popularitas dan akseptabilitas berperan besar terhadap
elektabilitas seorang bakal cagub/cagub. Misalnya pada Fauzi Bowo, meskipun ia
menduduki posisi teratas untuk popularitas, tetapi untuk akseptabilitas ia
hanya menduduki posisi ke-3, bahkan pada poin elektabilitas ia hanya menduduki
posisi ke-4. Fauzi Bowo mungkin lebih populer daripada kandidat yang lain,
namun karena masyarakat tidak puas dengan kinerjanya sebelum ini, maka poin
akseptabilitas masyarakat terhadap Fauzi Bowo jadi rendah. Hal ini berpengaruh
kepada poin elektabilitasnya, sehingga menjadi lebih rendah. Dengan kata lain,
popularitas mempengaruhi akseptabilitas, yang kemudian akan mempengaruhi
elektabilitas. Popularitas tinggi belum tentu akseptabilitas dan elektabilitasnya
juga tinggi. Tergantung dari popularitas yang orang tersebut dapatkan adalah
popularitas negatif/positif. Jika popularitasnya tinggi namun karena hal
negatif, maka akseptabilitas dan elektabilitasnya akan jadi rendah.
Kebalikannya, jika popularitas tinggi karena hal positif, maka akseptabilitas
dan elektabilitas orang tersebut juga bisa tinggi.
2.5
PUSKAPTIS
2.5.1
Profil Lembaga Survei
Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis
atau yang biasa disingkat menjadi Puskaptis, merupakan lembaga survei yang
melayani publik dan politik. Lembaga ini didirikan pada tahun 2006 oleh Ir.
Husin Yazid, M.Si yang merupakan lulusan pasca sarjana bidang Studi Ilmu
Lingkungan Kekhususan Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan di
Universitas Indonesia. Saat ini Ir. Husin Yazid, M.Si menjabat sebagai Direktur
Eksekutif Puskaptis. Puskaptis telah melakukan beberapa survei, seperti Pilkada
gubernur atau wakil gubernur Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Timur, Pilkada Bupati Ogan Komering Ilir,
Lahat, dan Prabumulih, Pilkada Walikota Palembang dan Prabumulih, serta survei
persepsi dan perilaku pemilih terhadap pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2009.
2.5.2
Metodologi
Menjelang Pilkada DKI Jakarta 2012, Puskaptis
kembali melakukan survei kepada 1.250 responden pada 26 Desember 2011 sampai
dengan 15 Januari 2012. Metode yang digunakan oleh Puskaptis dalam melakukan
survei mengenai Pilkada DKI Jakarta 2012 adalah MMRS (Metode Multistage Random
Sampling) dengan margin of error sebesar 2,8%. Responden yang tersebar
di 5 wilayah kota administrasi Jakarta dan 1 kabupaten di Kepulauan Seribu
tersebut berada di 129 kelurahan, 258 RW dan 516 RT.
2.5.3
Hasil Survei
Puskaptis melakukan survei mengenai tingkat
popularitas dan kesukaan terhadap bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta
periode 2012-2017. Adapun bakal calon gubernur tersebut adalah Fauzi Bowo,
Fadel Muhammad, Prijanto, Faisal Basri, Hendardji Soepandji, Nachrowi Ramli,
dan Nono Sampono. Puskaptis juga melakukan survei terhadap beberapa calon wakil
gubernur, yaitu Tantowi Yahya, Triwisaksana, Lulung A. Lunggana, Wanda Hamidah,
Boy Sadikin, Prya Ramadhani, Slamet Nurdin, dan Biem Benyamin. Popularitas
Prijanto saat ini masih sebesar 57,9%, sementara tingkat kesukaan terhadap
Fauzi Bowo hanya tinggal 51,52 persen. Selain itu dalam survei Puskaptis, bakal
calon gubernur DKI yang layak masih Fauzi Bowo, disusul Fadel Muhammad dengan
persentase 61,31%, Faisal Basri 23,41%, Hendardji Soepandji 6,27%. Untuk bakal
calon Wagub DKI, Tantowi Yahya berada di urutan pertama dengan persentase
popularitas 67,38%, diikuti Boy Sadikin 17,59% dan Prya Ramadhani 14,59%.
Berikut ini merupakan hasil survei tingkat popularitas dan kesukaan terhadap
bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta 2012;
Nomor
|
Nama
Bakal Calon Gubernur
|
Tingkat
Popularitas
|
Tingkat
Kesukaan
|
1
|
Fauzi
Bowo
|
93,14%
|
51,52%
|
2
|
Nono
Sampono
|
3,72%
|
2,07%
|
3
|
Nachrowi
Ramli
|
15,72%
|
0,24%
|
4
|
Prijanto
|
57,90%
|
35,52%
|
5
|
Faisal
Basri
|
23,41%
|
12,14%
|
6
|
Fadel
Muhammad
|
61,31%
|
33,38%
|
7
|
Hendardji
Supandji
|
16,72%
|
9,03%
|
Nomor
|
Nama
Calon Wakil Gubernur
|
Tingkat
Popularitas
|
Tingkat
Kesukaan
|
1
|
Triwisaksana
|
36,93%
|
24,31%
|
2
|
Tantowi
Yahya
|
67,38%
|
38,97%
|
3
|
Prya
Ramadhani
|
14,59%
|
6,90%
|
4
|
Lulung
A Lunggana
|
35,60%
|
22,45%
|
5
|
Wanda
Hamidah
|
26,07%
|
12,21%
|
6
|
Boy
Sadikin
|
17,59%
|
4,28%
|
7
|
Slamet
Nurdin
|
12,10%
|
3,31%
|
8
|
Biem
Benyamin
|
4,00%
|
1,93%
|
2.5.4
Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei tingkat popularitas dan
kesukaan bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta yang dilakukan oleh
Puskaptis, maka dapat dilihat bahwa bakal calon yang mendapat tingkat
popularitas yang tinggi belum tentu akan mendapat tingkat kesukaan yang tinggi
pula. Misalnya Fauzi Bowo yang mendapatkan tingkat popularitas sebesar 93,14%
ternyata hanya mendapat tingkat kesukaan sebesar 51,52%. Hasil ini juga
ditemukan pada bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta lainnya.
2.6
INTERINDO
2.6.1
Profil Lembaga Survei
Integritas Indonesia (Interindo) merupakan salah satu lembaga
survei di Indonesia yang bergerak dalam bidang penelitian politik dan marketing.
Saat ini Direktur Eksekutif Interindo adalah Nayawan Persada, S.iP yang
merupakan lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Interindo telah melakukan
survei yang terkait dengan Pilkada DKI Jakarta 2012, yaitu “Penilaian
masyarakat terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta 2007-2012 dan calon Gubernur
2012 – 2017 menjelang pemilukada DKI Jakarta Tahun 2012”
2.6.2
Metodologi
Metode yang digunakan oleh Interindo dalam
melakukan survei yang bertema “Penilaian masyarakat terhadap kinerja Gubernur
DKI Jakarta 2007-2012 dan calon Gubernur 2012 – 2017 menjelang pemilukada DKI
Jakarta Tahun 2012”, adalah cluster sampling. Jumlah responden yang
terlibat adalah 1.000 orang di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta dengan cara
pengambilan sampel Probability Propotional to Size (PPS). Survei ini
dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Februari 2012.
2.6.3
Hasil Survei
Hasil survei yang dilakukan oleh Interindo
menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang kurang puas atas kinerja Gubernur DKI
Jakarta saat ini. Sebanyak 89,1% merasa tidak puas pada kinerja Gubernur DKI
Jakarta dalam mengatasi kemacetan. Selanjutnya responden juga tidak puas pada
kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam hal penanganan bencana, khususnya banjir
(75,9%), transportasi massal (72,9%), kemiskinan (60,3%), serta keamanan dan
ketertiban masyarakat (51,7%). Hanya sebesar 63,1% dan 53,8% responden yang
merasa puas atas kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam hal pendidikan dan
kesehatan. Selanjutnya Interindo melakukan survei mengenai tokoh-tokoh yang
diinginkan masyarakat Jakarta untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta selanjutnya
(tingkat elektabilitas) dan tingkat popularitas dari calon Gubernur DKI
Jakarta. Berikut ini adalah hasil survei tersebut:
Nomor
|
Nama Calon Gubernur
|
Tingkat Elektabilitas
|
Tingkat Popularitas
|
1
|
Nono
Sampono
|
18,2%
|
89%
|
2
|
Nachrowi
Ramli
|
16,5%
|
86,7%
|
3
|
Fauzi
Bowo
|
13,8%
|
99,6%
|
4
|
Prijanto
|
86,1%
|
|
5
|
Tantowi
Yahya
|
79,5%
|
|
6
|
Faisal
Basri
|
61,5%
|
|
7
|
Prya
Ramadhani
|
58,6%
|
Selain mengukur penilaian kinerja Gubernur DKI Jakarta saat ini,
tingkat elektabilitas serta popularitas calon Gubernur DKI Jakarta, Interindo
juga mengukur kriteria pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat Jakarta, yaitu
15,5% masyarakat menginginkan pemimpin yang visioner, 13,8% masyarakat
menginginkan pemimpin yang tegas, sebanyak 10,3% menginginkan pemimpin yang
peduli pada rakyat, dan sebanyak 10,2% menginginkan pemimpin yang berani.
2.6.4
Kesimpulan
Hasil survei Interindo menunjukkan bahwa tingkat
popularitas calon gubernur yang tinggi tidak berarti calon tersebut memiliki
tingkat elektabilitas yang tinggi pula. Hal ini terlihat pada Fauzi Bowo yang
memperoleh tingkat popularitas sebesar 99,6% tapi hanya mendapat tingkat
elektabilitas sebesar 13,8%, yaitu berada di posisi ketiga setelah Nono Sampono
dan Nachrowi Ramli. Jika dilihat dari hasil survei Interindo mengenai penilaian
kinerja Gubernur DKI Jakarta saat ini, mungkin saja banyaknya responden yang
menyatakan tidak puas membuat mereka enggan untuk kembali memilih Fauzi Bowo.
Ditambah lagi masyarakat memiliki kriteria tertentu untuk Gubernur DKI Jakarta
selanjutnya, yang mungkin saja kurang sesuai dengan kriteria yang dimiliki oleh
Fauzi Bowo.
III.
Penutup
dan kesimpulan
Berdasarkan pengobservasian kami melalui sumber berupa media
online(hanya melimitasi dari media online mengingat aksesibilitas menjangkau
informasi dari masing-masing media survey itu sendiri), dalam Pemilihan Kepala
Daerah Jakarta(Pilkada) dalam hal ini Calon Gubernur(cagub) dan Calon Wakil
Gubernur (cawagub) mendapat perhatian dari berbagai media suvei nasional.
Berbagai aspek yang diteliti kemudian dijadikan acuan mereka untuk melihat
sejauh mana elektabilitas cagub dan cawagub yang akan maju. Ada 5 aspek utama
yang dapat menentukan determinasi elektabilitas cagub dan cawagub, yaitu
popularitas, aksepbilitas, elektabilitas partai pendukung, dukungan internal
partai pengusung, dan faktor eksternal yaitu kemampuan calon kepala daerah
menarik perhatian yang bukan pendukungnya. Hal lainnya seperti kepribadian tidak
kami bahas dalam hal ini karena diperlukan analisis yang lebih mendalam per
masing-masing calon kepala daerah.
Popularitas merupakan modal paling dasar yang harus dipunyai oleh
seorang kandidat. Hal ini sudah dibuktikan melalui berbagai hasil survei di
atas yang memang menunjukkan gejala adanya hubungan antara tingkat popularitas
dengan elektabilitas. Elektabilitas calon gubernur juga ditentukan oleh
dukungan partai yang akan mendukungnya. Apabila elektabilitas partai tinggi,
kemungkinan calon gubernur yang didukung oleh partai tersebut akan mendapatkan
banyak suara semakin tinggi. Namun, hal ini tidak selalu terjadi terkait faktor
personal masing-masing calon. Apabila calon tersebut mempunyai kesan positif di
masyarakat misalnya atas jasa-jasanya atau track
record-nya yang bagus maka hal ini tidak akan terlalu mempengaruhi
elektabilitas calon tersebut. Tidak mempengaruhi di sini, maksudnya adalah
ketika elektabilitas naik atau turun tetap saja elektabilitas calon tersebut
tetap atau bahkan naik.
Akseptabilitas juga berperan besar terhadap elektabilitas seorang
bakal cagub dan cawagub. Menurut kami, aksepbilitas dipengaruhi oleh
popularitas. Hal ini dapat dinotasikan melalui hal ini, “popularitas
mempengaruhi akseptabilitas, yang kemudian mempengaruhi elektabilitas.” Namun,
popularitas tinggi belum tentu akseptabilitas dan elektabilitasnya juga tinggi.
Tergantung dari popularitas yang didapatkan orang tersebut apakah popularitas
negatif atau positif. Apabila popularitasnya tinggi namun berupa popularitas
yang bersifat negatif, akseptabilitas dan elektabilitasnya dapat diprediksi akan
rendah. sebaliknya, apabila popularitas tinggi karena popularitas yang berifat positif,
akseptabilitas dan elektabilitas orang tersebut juga diprediksi dapat menjadi tinggi
juga.
Daftar Pustaka
http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/228391330/Siapa-Saja-Pendukung-Foke--Nara. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 16.12
WIB.
http://metro.vivanews.com/news/read/293168-pengamat--semua-partai-menunggu-fauzi-bowo.Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 16.35
WIB.
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=299180. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 16.56
WIB.
http://m.sindonews.com/read/2012/03/12/437/591383/lsi-penurunan-elektabilitas-tak-pengaruhi-cagub-demokrat. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 17.02
WIB.
http://news.okezone.com/read/2012/03/11/505/591093/popularitas-jokowi-meningkat-berkat-esemka. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 17.33
WIB.
http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/02/19/82377/Foke-tidak-Punya-Kans-Menangi-Pemilu-Kada-DKI/1 Diakses pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 16:43
WIB
http://www.candidatecenter.or.id/web2/index.php?limitstart=10 Diakses pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 16:50
WIB
http://www.nono-sampono.com/2012/02/25/nono-sampono-berpeluang-terpilih-jadi-dki-1-2/ Diakses pada 18 Maret 2012 pukul 17:16 WIB
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/11/14311210/PKS.Umumkan.Pasangan.di.Awal.Minggu.Pendaftaran Diakses pada 18 Maret 2012 pukul 19:13 WIB
diakses pada 24 Maret
2012 pukul 14:11 WIB
http://www.majalahpotretindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3502:interindo-prestasi-gubernur-incumbent-fauzi-bowo-anjlok&catid=54:peristiwa&Itemid=411 Diakses pada 24 Maret 2012 pukul 14:15 WIB