Kamis, 23 Juni 2011

KASUS MELINDA DEE DITIJAU DARI SUDUT SOSIOLOGI, PSIKOSOSIAL, DAN PSIKOLOGI

MELINDA DEE, MUSANG BERBULU DOMBA



Melinda Dee adalah seorang Senior Relationship Manager di perusahaan Citibank yang bergerak di bidang perbankan dan keuangan. Ia ditangkap polisi karena melakukan pencucian uang dan menipu nasabahnya dengan cara yang cukup unik yaitu dengan membuat perjanjian di atas perjanjian yang sebenarnya palsu dan “membujuk” nasabah untuk menandatangani perjanjian yang oleh Melinda dikondisikan nantinya mendapatkan reward yang bersifat fatamorganic. Melinda memindahkan uang nasabah ke beberapa perusahaan miliknya untuk ditarik uangnya. Namun, kepemilikan perusahaan itu ternyata atas nama orang lain. Dengan kata lain, ia juga melibatkan pihak yang sudah tidak bekerja sama dengannya(perusahaan yang ia punyai dulu dan sudah diakuisisi oleh orang lain) terlibat dengan masalah penipuan yang dilakukannya dengan seorang teller di Citibank tersebut.


Dibalik parasnya yang cantik untuk wanita seumurannya ia kemungkinan telah menipu banyak orang. Namun, pihak yang melaporkan penipuan yang ia lakukan cuma berjumlah 3 orang. Mereka semua mealporkan perbuatan Melinda ke Mabes Polri. Ia diduga telah menipu uang nasabahnya tersebut berjumlah kurang lebih 21 miliar (sumber dari: Kompas). Polisi juga telah menyita 3 mobil mewahnya yang diduga dibeli dari hasil penipuannya. Mobil tersebut yaitu, Hammer-3 senilai Rp 3,4 miliar, dua mobil Ferrari seri 430 Scuderia, dan Mercedes Benz seri E 350 senilai Rp 1,6 miliar.



1. SOSIOLOGI

Dalam sosiologi dikenal istilah sistem sosial. Sistem sosial itu didefinisikan suatu sistem yang terdiri dari sejumlah pelaku individual yang saling berinteraksi dalam lingkungan tertentu. Mereka memiliki motivasi untuk mencapai kepuasan yang didefinisikan dan dimediasi dalam konteks simbol bersama yang terstruktur secara kultural tertentu. Dari pengertian ini, sistem sosial tempat Melinda berada mungkin dapat menstimulasi ia untuk berbuat hal yang bisa diketagorikan sebagai salah satu perbuatan korupsi. Ia juga memliki motivasi untuk mencapai kepuasan tertentu dalam hal pemuasan dirinya untuk mencapai hidup yang kaya. Ditilik dari segi moral, ia bertentangan dengan sisi moral dan nilai yang tertera dalam pancasila dan UUD Dasar yang menjadi acuan kita selama ini. Namun, hal yang kontras justru dapat dilihat dalam pengaplikasiannya dalam hal masyarakat dan budaya di Indonesia. Indonesia sejak zaman Belanda sudah menganut budaya atau culture korupsi. Ia juga “termakan” arus budaya yang memiliki “kenikmatan” dalam mencapainya. Mereka melakukan perbuatan menipu yang tersembunyi tetapi di sisi lain sangat merugikan pihak yang lain yang juga berkepentingan dalam ha ini. Melinda yang berposisi sebagai orang yang bertugas di sebuah perusahaan tidak melakukan fungsinya sebagai seorang manajer karena melakukan hal yang menghilangkan kepercayaan nasabahnya. Bukan hanya nasabahnya yang rugi, namun bank tempat ia bekerja juga akan mengaami penurunan kepercayaan dari publik karena fungsi dari sebuah bank adalah menjaga uang berdasarkan prinsip kepercayaan/komitmen( bukan konsep agama). Hal inilah yang disebut konsekuensi perilaku sosial.


2. PSIKOSOSIAL

Teori psikososial dikemukakan oleh Erik Erikson. Teori ini mempunyai persamaan dengan teori psikoseksualnya Sigmund Freud. Hal ini juga lah yang membuat teori ini disebut NeoFreudian. Teorinya merupakan teori yang representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia
Teorinya. Selanjutnya, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, terakhir teori ini menggambarkan secara eksplisit mengenai usaha seorang manusia dalam menggabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan (Erikson, 1963).

Dalam tiap tahap psikososial disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik sangat vital karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap. Apabila satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh maladaption. Dalam kasus Melinda terkait psikososialnya Erikson, egonya sangat berperan penting dalam pengambilan sikapnya menipu orang lain. Ia secara sadar melakukan hal tersebut dan dipicu oleh motivasinya ingin mendapatkan kekayaan secara instan tanpa melakukan usaha yang berarti(usaha dengan kerja keras dan dalam konteks berdasarkan etika). Bisa dinilai, psikososial seorang Melinda tidak sempurna perkembangannya di beberapa tahap. Psikososial sendiri oleh Erikson terbagi dalam 8 tahap.


3. PSIKOLOGI

Teori yang dipakai dalam hal ini adalah teori psikoanalisisnya Sigmund Freud yang melingkupi tiga hal yaitu: Id, Ego, dan Superego. Id digambarkan oleh Freud seperti sebuah gunung es di sebuah laut dan hanya puncaknya yang kelihatan. Id dianalogikan sebagai puncak gunung es tersebut karena tidak semua perbuatan manusia dilakukan secara sadar. Bagi Freud, keinginan suatu manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya. Kedua, Ego, merupakan bentuk representasi mental manusia baik secaa sadar, prasadar, maupun tidak sadar. Dalam buku Etika karya K. Bertens, tugas ego adalah mempertahankan kepribadian dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Ego Melinda bekerja di sini karena ia melakukan pennipuan terhadap orang lain secara sadar. Ia juga telah memikirkan konsekuensi dari perbuatannya tersebut apabila ketahuan. Dan, pada akhirnya ia telah menyeleksi apa yang akan ia lakukan. Ia melakukan perbuatan menipu tersebut karena keinginan ia sendiri dan untul mendapatkan kekayaan. Terakhir, Superego. Superego melingkupi fungsi-fungsi observasi-diri dan “ideal dari aku” (gambaran yang dipakai seorang manusia/subjek untuk mengukur dirinya dan sebagai sebuah standar yang harus dikejar olehnya). Standar yang digunakan oleh Melinda adalah kebiasaannya yang hidup dengan segala keperfeksionisan. Ia ingin mendapatkan sebuah kehidupan yang dapat menunjangnya agar tampil lebih(mungkin ingin tampil cantik dan terlihat kaya) di hadapan orang lain. Dalam penerapannya, Superego ditanamkan pula sejak masa kecil. Bila diprediksi ada kecendrungan Melinda melakukan penipuan tersebut sebagai kebutuhan agar ia tetap bisa terlihat tampil lebih baik dibanding orang lain dan kurang merasa tidak terpenuhi dengan kapasitas ekonomi yang ia punya sebelumnya.


REFERENSI

Papalia, D. E. (2008). Human development. Jakarta : Kencana,
Bertens, K. (207). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
King, D. B., Viney, W., Woody, W. D. (2009). A History of Psychology an idea and context. (p. 299-320). Canada and United States : Pearson United, Inc.
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/11/14273741/Rio.Tak.Terkait.Aksi.Melinda.Dee
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/05/19250895/Polri.Audit.Rekening.Melinda
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/02/17314766/Wah.Malinda.Mulai.Betah.di.Tahanan

http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/02/17020483/.Yang.Rugi.Bukan.Bank.Tapi.Nasabah

http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/04/15320421/Sakit.Melinda.Tak.Jadi.ke.Citibank

http://chabib.sunan-ampel.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/hand-out-teori-sos-modern-pdf.pdf

http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/teori-sosiologi-feminis.pdf
http://psikologizone.com