Kamis, 23 Juni 2011

Tugas MPKS Teater 2011

Komentar tentang Naskah Sampek Engtay


Insight dari cerita ini mungkin relevan dengan permasalahan atau konteks zaman sekarang yang menggiatkan tentang isu emansipasi wanita. Layaknya Kartini melakukan pembelajaran atau pemerolehan pendidikan yang layak secara sembunyi-sembunyi, tokoh utama dalam film ini juga mengisahkan cerita yang kurang lebih sama dalam hal tersebut.


Adegan ini juga menggugah hati para wanita yang ingin mendapatkan pengakuan dari semua pihak tentang penyama-rataan masalah gender. Isu yang berkembang dahulu, wanita itu seakan-akan terkekang oleh gender yang ia punya. Hal ini disebabkan karena wanita tersebut selalu diidentikkan dengan kelemahan. Padahal, sebenarnya wanita juga mempunyai andil dalam pembangunan sebuah bangsa.

Adegan ini juga membuka mata kita bahwa perjuangan untuk menjadi seperti sekarang oleh para wanita tidaklah mudah. Mereka butuh waktu yang berabad-abad dalam hal penyama-rataan gender. Aktor utama yang dikisahkan dalam adegan ini juga mendapatkan pendidkan layak melalui cara yang tidak etis kalau dipandang dari sudut etika namun hal ini juga sangat kontradiktif jika dinilai dari tujuan si aktor utama dalam memperoleh apa yang sebenanrnya menjadi haknya.

Masalah pendidikan menjadi isu yang etis di zaman penjajahan dahulu. Masalah ini hanya mengedepankan pendidikan untuk para kaum pria yang dikenal cerdas, punya skil dan kapabilitas di atas rata-rata dibandingkan perempuan. Apalagi hal ini juga diperlukan untuk pemasok tenaga perperangan. Wanita hanya berfungsi sebagai “pemuas” kebutuhan laki-laki mungkin. Namun, di zaman sekarang wanita juga memainkan peran yang vital dalam pembangunan sebuah negara.

Tidak akan maju sebuah negara apabila para wanitanya tidak orang cerdas dan berwibawa. Ini salah satu kutipan dari buku yang saya baca. Hal ini juga berkaitan dengan masalah penyama-rataan gender tadi yang di mana wanita zaman sekarang juga dibutuhkan.