Kamis, 12 April 2012

UTS PSIKOLOGI POLITIK

HASIL SURVEI LEMBAGA-LEMBAGA SURVEI NASIONAL MENGENAI ELEKTABILITAS CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PADA PILKADA 2012

OLEH :
DEVIRIANTY
DYAH AYU KARTIKA
MITEA KARINEAS
M.FAJRI
RIZCKA MEITICA

(FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA 2012)

I.                    PENDAHULUAN
Lembaga survei bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat, partai dan juga kepada calon gubernur dan wakil gubernur itu sendiri untuk mengetahui seberapa besar seorang calon gubernur dikenal oleh masyarakat (popularitas) dan seberapa besar kemungkinan masyarakat untuk memilih calon gubernur tersebut (elektabilitas). Dari hasil survei ini, partai politik dapat memilih calon gubernur mana yang akan mereka usung sebagai perwakilan partai. masyarakat juga menjadi lebih tahu calon gubernur mana yang banyak dikenal secara umum dan yang memiliki kecenderungan untuk dipilih ketika PILKADA 2012 nanti. Popularitas erat kaitannya dengan elektabilitas karena mereka yang lebih populer akan memiliki kecenderungan untuk dipilih (elektabilitas tinggi). Karena itu, hasil dari lembaga survei sangat dinantikan para cagub dan juga masyarakat. Di Indonesia terdapat berbagai lembaga survei yang melakukan survei mengenai calon gubernur dan atau calon wakil gubernur, partai politik, maupun calon presiden dan atau calon wakil presiden. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa lembaga survei yang sudah melakukan survei terkait popularitas dan elektabilitas dari calon gubernur dan atau calon wakil gubernur DKI Jakarta periode 2012. Adapun beberapa lembaga tersebut adalah Cyrus Network, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Media Survei Nasional (Median), Pusat Kajian Pembangunan Sosial dan Politik Indonesia (Pusbangsospol), Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), dan Integritas Indonesia (Interindo).


II.                  LEMBAGA SURVEI
2.1   CYRUS NETWORK

2.1.1          Profil Lembaga Survei
Cyrus Network merupakan lembaga independen yang menyediakan konsultan politik
untuk membantu para calon pemimpin maupun partai agar bisa memenangkan pemilihan umum (election) dengan cara yang efektif dan efisien. Terdiri dari manajemen yang bertugas untuk membantu pemenangan politik berdasarkan data yang ada. Manajemen Cyrus Network terdiri dari 9 orang yaitu 1 executive director, 1 program director, 1 research director, 3 senior consultant, dan 3 consultant. Menjabat sebagai executive director adalah Hasan Nasbi A, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Ada beberapa layanan yang disediakan Cyrus Network, yang pertama adalah Survei Pemetaan dan Tracking Survey. Layanan ini berguna untuk membantu para calon menyusun strategi kampanye sekaligus juga mengevaluasi strategi kampanye yang telah dijalankan. Yang kedua adalah Media Campaign dan pembentukan opini, berguna untuk membentuk opini masyarakat baik melalui media mainstream ataupun media yang dibuat sendiri. Jenis kampanye ini dilakukan secara ‘implisit’ dengan pengemasan lebih seperti edukasi bagi masyarakat. yang ketiga adalah Campaign Organizer untuk mengorganisir kampanye massa agar efektif dan dapat dikendalikan. Layanan berikutnya adalah Quick Count dan Real Count dengan hasil yang dapat diketahui maksimal 3 jam setelah TPS ditutup. Sementara itu layanan lain yang juga disediakan Cyrus Network adalah desain atribut dan peraga kampanye, juga pelatihan saksi.

2.1.2          Metodologi
Survey dilakukan Cyrus Network kepada 500 orang responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error +/-4,38 persen

2.1.3          Hasil Survei
Survey yang dilakukan Cyrus Network pada 23-28 Januari 2012 memunculkan 12 nama bakal calon gubernur beserta persentase elektabilitasnya masing-masing. Peringkat tertinggi ditempati oleh Fauzi Bowo dengan persentase 23, 8 %, disusul Joko Widodo dengan persentase 15, 5 % di urutan kedua, di urutan ketiga ada Tantowi Yahya dengan persentase 11,5 %, dan Faisal Basri di urutan keempat dengan persentase 10, 5 %. Empat nama tersebut berada di empat urutan teratas dengan persentase diatas 10 %. Sementara delapan calon lain memiliki persentase masing-masing dibawah 10 % dengan persentase terendahnya sebesar 1,3 %.
Kedelapan calon lain itu mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah Prijanto 4,3 %, Nachrowi Ramli 2,3 %, Nono Sampono 2,3 %, Wanda Hamidah 2,0 %, Sandiaga S Uno 1,8 %, Triwisaksana 1,5 %, Alex Nurdin 1,3 %, dan Hendardji Supandji 1,3 %. Sayangnya dari ke 500 orang yang disurvei oleh Cyrus Network, terdapat mereka yang menjawab tidak tahu dengan persentase cukup besar yaitu 22,3 %.
Elektabilitas Fauzi Bowo yang menempati peringkat pertama dapat disebabkan oleh sikap positif masyarakat terhadap partai yang mengusung Fauzi Bowo sebagai BaCaGub DKI 2012. Peringkat positif masyarakat tersebut adalah sebesar 45,5 %, lebih tinggi daripada sikap negatifnya sebesar 43,8 %. Faktor partai yang berperan penting dalam menyokong elektabilitas ini semakin menguat karena adanya penilaian tidak setuju oleh responden apabila Fauzi Bowo didukung oleh PDI-P. 48, 6 % responden menyatakan tidak setuju apabila Fauzi Bowo didukung oleh PDI-P.
Sementara calon lain yang menjadi saingan terberat Fauzi Bowo adalah Joko Widodo yang berada di urutan kedua dalam peringkat elektabilitas. Walikota Solo yang semakin populer sejak penemuan mobil Esemka ini terbukti merupakan saingan terberat Fauzi Bowo sebagai BaCaGub DKI 2012. Hal ini dapat dilihat dari persentase masyarakat sebesar 38,8 % yang lebih memilih Joko Widodo sebagai Gubernur DKI apabila calon yang bersaing hanya 2 orang yaitu Fauzi Bowo dan Joko Widodo.

2.1.4          Kesimpulan
Calon Gubernur dari luar Jakarta ternyata cukup diminati oleh masyarakat Jakarta, bahkan melebihi calon yang sudah pernah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta sebelumnya. Dalam persaingan satu lawan satu antara Fauzi Bowo dan Joko Widodo, masyarakat lebih memilih Joko Widodo dengan persentase sebesar 38, 8 %, unggul tipis dari Fauzi Bowo dengan persentase sebesar 34 %. Dengan melihat hasil survey diatas maka dapat disimpulkan bahwa Joko Widodo merupakan saingan terberat Fauzi Bowo dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012. Sementara nama-nama lain yang muncul sebagai BaCaGub DKI kurang populer di mata masyarakat, dilihat dari delapan nama lain yang ada di urutan bawah dengan persentase terendahnya sebesar 1,3 %.

2.2   LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

2.2.1          Profil Lembaga Survei
Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan oleh YAYASAN PENGEMBANGAN DEMOKRASI INDONESIA (YPDI) pada bulan Agustus 2003. Lembaga ini  bersifat independen, non-partisan dan nirlaba. Lembaga Survei Indonesia (LSI) berdiri pada tanggal 17 September 2003 dengan dasar pemikiran bahwa demokrasi Indonesia dapat stabil dan efektif apabila pemerintahnya sangat responsif terhadap persepsi, harapan dan evaluasi publik. Proses monitoring atau mengambil data tentang opini publik secara gradual atau berkala dapat menjadi tambahan atau sumber bagi proses politik dan pembuatan kebijakan yang merupakan kebutuhan dasar sistem demokrasi. Survei yang dilakukan secara benar merupakan cara yang paling efisien, efektif dan akurat untuk memantau opini publik.

Di negara demokrasi, biasanya ditandai kehadiran lembaga survei atau polling yang kuat. Lembaga-lembaga survei tersebut digunakan dalam hal mengukur apa yang dipikirkan masyarakat, bagaimana masyarakat menilai kebijakan pemerintahan, pendapat (opini) serta harapan mereka terhadap pejabat/politisi maupun institusi yang ada. Survei opini publik membantu mendekatkan keputusan-keputusan publik dengan aspirasi publik, dan elit mengetahui keputusan-keputusan yang kurang populer tapi harus dibuat sehingga perlu dijelaskan kepada publik secara luas. Dengan demikian, pemerintahan demokrasi akan menjadi semakin legitimate, stabil, bertanggungjawab, dan efektif. Inilah yang menjadi landasan utama LSI seperti kami kutip di site resmi LSI di http://ww.lsi.or.id/

2.2.2          Metodologi
            LSI memakai prinsip probabilitas dalam penarikan sampelnya. Dalam pengambilan sampel tersebut, lembaga ini menggunakan multistage random sampling. Pada teknik ini setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden (randomisasi), sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan hanya melibatkan sedikit responden. Namun, hal ini akan lebih baik jika memakai jumlah sampel yang lebih banyak karena akan lebih merepresentasikan kejadian di sampel ke dalam populasi Meski tanpa melibatkan semua anggota populasi, hasil survei ini dapat digeneralisasikan untuk dijadikan representasi populasi.
Dalam metode ini terdapat dua fase. Fase pertama, populasi Indonesia distrata atas dasar populasi di masing-masing provinsi di seluruh Indonesia sehingga diperoleh sampel dalam jumlah yang proporsional di masing-masing propinsi. Semua propinsi di Indonesia akan terjaring dalam survei ini. Strata kedua adalah pembagian atas dasar wilayah tinggal: pedesaan atau kota, yang proporsinya antara 40% (kota) berbanding 60% (desa). Selain itu, strata juga dilakukan atas dasar proporsi populasi menurut perbedaan gender: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.
Fase kedua, menetapkan desa/kelurahan atau yang setara sebagai primary sampling unit (PSU), dan karena itu random sistematik dilakukan tehadap desa/kelurahan di masing-masing propinsi sesuai dengan proporsi populasi. Di masing-masing desa/kelurahan terpilih kemudian didaftar nama-nama Rukun Tetangga (RT) atau yang setara, dan kemudian dipilih sebanyak 5 RT secara random. Di masing-masing RT terpilih kemudian didaftar nama kepala keluarga pada Kartu Keluarga (KK), dan kemudian dipilih 2 keluarga secara random. Di 2 keluarga terpilih, didaftar anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan yang berumur antara 17-60 tahun. Bila dalam keluarga pertama yang terpilih menjadi responden adalah perempuan, maka pada keluarga yang kedua di RT yang sama harus laki-laki yang didaftar(Dikutip dari http://lsi.or.id/)
Prosedur atau kaidah dalam penarikan sampel dalam LSI:

a. Metode penarikan sampel : Multistage random sampling

b. Jumlah responden minimal 400 (margin of error ± 5% pada tingkat kepercayaan 95% atau tingkat LOS: level of significance 0,05)

c. Pengumpulan data: Wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner

d. Kendali mutu survei: Pewawancara berstatus minimal mahasiswa dan mendapatkan pelatihan. Wawancara dilakukan kontrol secara sistematis dengan melakukan cek ulang di lapangan (spot check) sebanyak 20 persen dari seluruh responden

e. Validasi data: Perbandingan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh lewat sensus (BPS).

2.2.3          Hasil Survei
            Alasan komersialisasi menjadi sorotan bagi kami di sini. Publikasi hasil survei LSI hanya dimuat di media cetak. Kami hanya melimitasi pencarian data hasil survei dari media online yang dimana LSI hanya menampilkan dalam bentuk publikasi wacana bukan publikasi secara statistik dan data yang lengkap. Berdasarkan hasil survei dan sumber dari berbagai media online yang kami lihat, Fauzi Bowo ditempatkan di urutan teratas oleh lembaga survei ini. Hal ini disampaikan oleh peneliti senior LSI, Burhanuddin Muhtadi, yang menyebutkan bahwa tingginya elektabilitas cagub ini karena belum adanya saingan dari cagub lain yang memiliki track record yang lebih baik dibanding Foke. Survei ini dilakukan per tanggal 3 Maret 2012.
Elektabilitas partai tidak terlalu berpengaruh terhadap elektabilitas cagub yang diusung. Menurut peneliti LSI ini, seperti contoh yaitu Partai Demokrat yang mengalami penurunan dalam hal elektabilitas partai karena banyaknya kasus internal partai tersebut yang dipaparkan oleh media. Hal ini kemudian berdampak pada elektabilitas partai ini yang menurun dari 21 persen menjadi hanya 13 persen. namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap calon yang disung partai Demokrat, yaitu Foke. Foke menurut hasil survei LSI masih menjadi primadona atau mempunyai tingkat elektabilitas yang tinggi. Cagub yang menjadi perhatian menurut survei LSI berikutnya adalah Joko Widodo. Burhanudin dalam http://okezone.com menyebutkan bahwa Joko Widodo tingkat popolaritasnya meningkat karena sumbangsihnya dalam dunia otomotif Indonesia. Ia merupakan pelopor atau yang mengenalkan mobil ESEMKA ke media. Dalam tiga bulan ini menurut Burhanuddin popularitas Jokowi meningkat.
Popularitas juga merupakan salah satu faktor yang dianggap penting bagi LSI dalam hal menentukan elektabilitas. Namun, popularitas ini bukan penentu absolut bagi calon kepala daerah mendapatkan nilai elektabilitas yang tinggi. Hal ini bisa kita lihat dari Foke dan Jokowi. Mereka berdua sama-sama mempunyai tingkat popularitas yang tinggi versi LSI. Mereka dirasa cukup mampu maju menjadi cagub DKI Jakarta. Namun, kembali lagi kepada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi elektabilitas cagub tersebut.  
            Peneliti LSI, Burhanuddin Muhtadi kemudian memaparkan bahwa ada dua hal yang juga menentukan tingkat elektabilitas seorang calon kepala daerah. Pertama ialah straight ticket voting atau kemampuan Cagub untuk memaksimalkan dukungan dari internal partai(Internal). Jelas dalam hal ini, kita mengetahui bahwa Fauzi Bowo didukung oleh beberapa partai besar yaitu, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Parta Damai Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Matahari Bangsa (PMB), dan Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI). Hal ini kemudian dapat menjadi faktor yang mendukung si cagub itu dalam hal mengampanyekan dirinya dalam masa kampanye nanti. Dukungan internal oleh partai besar menurut peneliti LSI Burhanudin, dapat mempermudah cagub dalam hal perolehan suara karena banyaknya suara yang datang. Kedua, ialah kemampuan Cagub untuk mencuri dukungan dari pemilih partai lain yang tidak mendukung cagub ini atau disebut dengan split ticket voting(eksternal). Apabila ia didukung oleh Partai Demokrat, kemudian si cagub ini dapat mempengaruhi partai pengusung cagub lainnya seperti Golkar, maka hal ini dapat membuat si cagub itu mendapatkan tambahan dukungan. Cagub yang seperti ini dapat membuat pendukung cagub lain berpaling kepadanya dan kemudian memilih dia. Itulah dua modal yang dibutuhkan oleh calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah selain faktor popularitas, kepribadian, dan hal lainnya.
2.2.4          Kesimpulan
Hal yang penting dalam elektabilitas seorang kandidat pemimpin daerah adalah tingkat popularitas para kandidat. Hal itu itu bisa diukur dengan metode ilmiah yang akurat, yakni survei popolaritas bagi kandidat. Dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, popularitas adalah modal paling dasar yang harus dipunyai oleh seorang kandidat. Namun, popularitas hanya merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat elektabilitas calon kepala daerah. Ada hal lain yang juga menjadi penentu nilai atau persentase elektabilitas calon kepala daerah tersebut, yaitu kepribadiannya, dukungan internal dari parta pendukungnya, dan sisi eksternal calon tersebut. Sisi eksternal dalam hal ini adalah bagaimana ia dapat mempegaruhi pemilih calon lain untuk memilih dia, bukan calon yang akan mereka pilih. Hal ini merupakan kemampuan seorang calon kepala daerah dalam menarik dukungan dari kelompok yang sebenarnya tidak mendukung dia.

2.3   MEDIAN DAN TFI

2.3.1          Profil Lembaga Survei

Median atau Media SurveI Nasional adalah sebuah lembaga survei yang didirikan oleh sekelompok aktivis,  peneliti muda, dan kelompok profesional pada tahun 2005. Saat ini, Median dikepalai oleh Rico Marbun, Msc. Median memfokuskan kegiatan lembaganya dalam dunia perpolitikan daerah. Segala hal yang berhubungan dengan pemilihan kepala daerah, mulai dari survei, riset, penyusunan strategi hingga konsultasi riset, perencanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan publik untuk membantu para kepala daerah dalam memutuskan kebijakan publik, dilakukan oleh lembaga ini.

2.3.2          Metodologi

Secara umum, survei yang dilakukan Median untuk pemilihan kepala daerah melalui empat tahap, yaitu: benchmark survey, survey II, survey III dan IV. Benchmark survey dilakukan di awal survei yang secara umum  bertujuan untuk mengetahui peta demografi politik. Selanjutnya, survei II yang bertujuan untuk mengukur efektivitas pencapaian hasil pasca survei awal. setelah itu dilakukan suvei III dan IV. Survei ini saat mendekati dan saat masa kampanye berlangsung. Fungsi utama dari survei ini adalah mengukur derajat  keefektivitas kampanye, serta identifikasi isu-isu strategis yang dapat saja muncul sewaktu-waktu dalam masa kampanye.
Survei ini diambil pada tanggal 6 – 17 Februari 2012.  Metode pengambilan data  dilakukan dengan cara  face to face interview terhadap 900 partisipan yang dipilih secara acak menggunakan teknik multistage random sampling dengan adanya proporsional atas populasi kotamadya dan gender. Partisipan berasal dari berbagai suku di Indonesia dengan range usia 17 sampai lebih dari 65 tahun. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini adalah 95%  (LOS 0.05) dengan margin of error ±3.2%. pada penelitian ini dilakukan pula quality control terhadap 20% sampel yang ada dan dipilih secara acak.
2.3.3          Hasil Survei

Ada beberapa dimensi yang diukur oleh lembaga survei MEDIAN. Dalam paper ini akan kami paparkan hasil suvei yang menggambarkan popularitas dan elektabilitas balon gubernur DKI Jakarta 2012 dan elektabilitas partai di tahun 2012.
Berdasarkan popularitas tokoh, calon gubernur yang paling populer adalah Fauzi Bowo atau akrab disapa Foke dengan persentase 96.7% dari seluruh partisipan mengenal beliau. Pada posisi kedua terdapat Tantowi Yahya dengan persentase 93.8% dari seluruh partisipan. Selanjutnya ada Prijanto (65.1%), Triwisaksana atau Bang Sani (56.8%), Wanda Hamidah (56%), Faisal Basri (49.6%). Fadel Muhammad (49.3%), Biem Benyamin (43.3%), Nachrowi Ramli (34.2%), Joko Widodo (28%), Priya Ramadani (25.8%), Alex Noerdin (24.7%), Aziz Syamsudin (22.4%), Hasnaeni (22.2%), Hendarji Soepandji (18.2%), Pramono Edhie (15.3%), H. Lulung (13.3%), Nono Sampono (9.3%), Sjahrial (7.8%), Abdul Rani Rasyid (5.3%) dan yang terakhir, Bambang DH (5.1%). Hasil survei tren popularitas cagub DKI sejak Desember 2010 hingga Februari 2012 mengindikasikan kepopuleran Fauzi Bowo, Tantowi Yahya dan Nachrowi cenderung stabil sedangkan popularitas Prijanto cenderung fluktuatif. Sedangkan tren popularitas Triwisaksana, Faisal Basri, dan Joko Widodo terus meningkat.
Dari aspek elektabilitas, Fauzi Bowo kembali menduduki posisi teratas dengan persentase 30.7%. Dilanjutkan dengan Tantowi Yahya dengan persentase elektabilitas 13.8%. Selanjutnya  Triwisaksana dengan persentase 8.4%, Faisal Basri dengan persentase 6.6% dan Nachrowi Ramli 3.3%. Partisipan yang memilih opsi belum menentukan pilihan sebanyak 21.8%  dan sisanya memilih cagub lain.
Sedangkan hasil survei yang mengukur  elektabilitas partai menyimpulkan PKS sebagai partai yang paling banyak dipilih apabila pemilu legislatif diadakan saat ini dengan persentase 16.70%. disusul oleh partai demokrat (15.08%), PDIP (9.77%), Golkar (7.11%), Gerindra (6.54%), PPP (5.24%), NASDEM (3.33%), PAN (2.09%), HANURA (1.37%), dan PKB (0.67%). Sementara itu, sebanyak 32% partisipan tidak menyatakan akan memilih partai mana.

2.3.4          Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Median dan TFI, baik dari segi popularitas maupun elektabilitas, Fauzi Bowo menempati posisi teratas. Posisi ini disusul dengan Tantowi Yahya yang juga memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Tren popularitas cagub juga berpengaruh terhadap elektabilitas cagub tersebut, contohnya Prijanto. Dari segi popularitas, Prijanto menempati posisi ketiga. Namun tren popularitas yang fluktuatif menyebabkan dirinya tidak masuk dalam lima besar cagub yang memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi. Posisinya tergantikan oleh Triwisaksana, Faisal Basri dan Nachrowi Ramli yang memiliki tren popularitas terus meningkat dari Desember 2010 sampai Februari 2012.  
Elektabilitas calon gubernur juga didukung oleh partai yang akan mendukungnya. Apabila elektabilitas partai tinggi, kemungkinan calon gubernur yang didukung oleh partai tersebut akan mendapatkan banyak suara semakin tinggi. Partai yang memiliki elektabilitas tertinggi pada saat survei ini diambil adalah PKS dengan persentase 16.7%. Namun, jika dibandingkan dengan partisipan yang abstain (32%) persentase ini masih cenderung kecil nilainya.

2.4   PUSBANGSOSPOL

2.4.1          Profil Lembaga Survei
                       
2.4.2          Metodologi

            Survei yang dilakukan oleh Pusbangsospol menggunakan metode klaster, dimana setiap kotamadya DKI Jakarta dianggap 1 klaster dengan total responden (sampel) berjumlah 1.000 orang. Kriteria sampel dalam survei ini adalah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), dengan kata lain sudah mempunyai hak untuk memilih calon gubernur. Data yang didapat dianalisis dengan metode deskriptif dengan software SPSS ver. 17.

2.4.3          Hasil Survei

Pusbangsospol mengadakan survei pada tanggal 1-7 Februari 2012 perihal kepuasan warga tentang kinerja Fauzi Bowo (Foke). Hasilnya lebih dari 60% warga tidak puas atas kinerja Foke dalam bidang kemacetan, banjir, kemiskinan, dan transportasi-infrasturktur. Bahkan untuk kemacetan, angka ketidakpuasan warga mencapai 82%. Hanya pendidikan dan kesehatan yang dinilai cukup baik oleh masyarakat dengan persentase masing-masing 54% dan 42,6%. Dalam survei yang sama, dipaparkan oleh Heriansyah (Direktur Riset Pusbangsospol) bahwa ketidakpuasan ini berpengaruh besar terhadap elektabilitas Foke. Hal ini terbukti dengan poin elektabilitas Foke yang hanya 8,6%. Sedangkan untuk angka akseptibilitas (tingkat penerimaan) Foke berada di urutan ke-3 dengan persentase 12,3% dibawah Nono Sampono (17,9%) dan Prijanto (19,5%).
Pada hasil survei persepsi masyarakat mengenai tokoh dan parpol yang akan terpilih menjelang Pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan 1.000 respnden, Nono Sampono mendapat 16,4% suara yang menyebabkan ia berada di nomor 1 dari 12 nama yang disebut oleh responden survei. Selanjutnya ada Nachrowi Ramli (13,5%), Prijanto (9,7%), Fauzi Bowo (8,6%), Triwisaksana (5,3%), dan Faisal Basri (4,6%).
Pusbangsospol juga mengadakan survei popularitas bakal calon gubernur DKI Jakarta, yang dipublikasikan pada hari Rabu tanggal 15 Februari 2012. Pada survei ini popularitas Fauzi Bowo berhasil menduduki posisi pertama dengan persentase 28%, diikuti Prijanto dengan persentase 17,8%, dan Nono Sampono dengan persentase 11,3%. Hasil ini membuktikan bahwa Fauzi Bowo, Prijanto, dan Nono Sampono menjadi 3 besar bakal calon gubernur DKI Jakarta yang terpopuler. Di posisi ke-4 ada Faisal Basri (10,2%), kemudian Nachrowi Ramli (6,1%), Prya Ramadhani (3,8%), Triwisaksana (3,4%), Tantowi Yahya (2,9%), Joko Widodo (2,2%), Biem Benyamin (2%), Boy Sadikin (1,7%), dan Hendardji Supandji (0,6%). Sisanya 10% dari responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.

2.4.4          Kesimpulan

            Dari survei yang dilakukan oleh Pusbangsospol, terlihat bahwa popularitas dan akseptabilitas berperan besar terhadap elektabilitas seorang bakal cagub/cagub. Misalnya pada Fauzi Bowo, meskipun ia menduduki posisi teratas untuk popularitas, tetapi untuk akseptabilitas ia hanya menduduki posisi ke-3, bahkan pada poin elektabilitas ia hanya menduduki posisi ke-4. Fauzi Bowo mungkin lebih populer daripada kandidat yang lain, namun karena masyarakat tidak puas dengan kinerjanya sebelum ini, maka poin akseptabilitas masyarakat terhadap Fauzi Bowo jadi rendah. Hal ini berpengaruh kepada poin elektabilitasnya, sehingga menjadi lebih rendah. Dengan kata lain, popularitas mempengaruhi akseptabilitas, yang kemudian akan mempengaruhi elektabilitas. Popularitas tinggi belum tentu akseptabilitas dan elektabilitasnya juga tinggi. Tergantung dari popularitas yang orang tersebut dapatkan adalah popularitas negatif/positif. Jika popularitasnya tinggi namun karena hal negatif, maka akseptabilitas dan elektabilitasnya akan jadi rendah. Kebalikannya, jika popularitas tinggi karena hal positif, maka akseptabilitas dan elektabilitas orang tersebut juga bisa tinggi.

2.5   PUSKAPTIS

2.5.1          Profil Lembaga Survei

            Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis atau yang biasa disingkat menjadi Puskaptis, merupakan lembaga survei yang melayani publik dan politik. Lembaga ini didirikan pada tahun 2006 oleh Ir. Husin Yazid, M.Si yang merupakan lulusan pasca sarjana bidang Studi Ilmu Lingkungan Kekhususan Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan di Universitas Indonesia. Saat ini Ir. Husin Yazid, M.Si menjabat sebagai Direktur Eksekutif Puskaptis. Puskaptis telah melakukan beberapa survei, seperti Pilkada gubernur atau wakil gubernur Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Timur, Pilkada Bupati Ogan Komering Ilir, Lahat, dan Prabumulih, Pilkada Walikota Palembang dan Prabumulih, serta survei persepsi dan perilaku pemilih terhadap pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2009.

2.5.2          Metodologi
           
            Menjelang Pilkada DKI Jakarta 2012, Puskaptis kembali melakukan survei kepada 1.250 responden pada 26 Desember 2011 sampai dengan 15 Januari 2012. Metode yang digunakan oleh Puskaptis dalam melakukan survei mengenai Pilkada DKI Jakarta 2012 adalah MMRS (Metode Multistage Random Sampling) dengan margin of error sebesar 2,8%. Responden yang tersebar di 5 wilayah kota administrasi Jakarta dan 1 kabupaten di Kepulauan Seribu tersebut berada di 129 kelurahan, 258 RW dan 516 RT.

2.5.3          Hasil Survei

            Puskaptis melakukan survei mengenai tingkat popularitas dan kesukaan terhadap bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Adapun bakal calon gubernur tersebut adalah Fauzi Bowo, Fadel Muhammad, Prijanto, Faisal Basri, Hendardji Soepandji, Nachrowi Ramli, dan Nono Sampono. Puskaptis juga melakukan survei terhadap beberapa calon wakil gubernur, yaitu Tantowi Yahya, Triwisaksana, Lulung A. Lunggana, Wanda Hamidah, Boy Sadikin, Prya Ramadhani, Slamet Nurdin, dan Biem Benyamin. Popularitas Prijanto saat ini masih sebesar 57,9%, sementara tingkat kesukaan terhadap Fauzi Bowo hanya tinggal 51,52 persen. Selain itu dalam survei Puskaptis, bakal calon gubernur DKI yang layak masih Fauzi Bowo, disusul Fadel Muhammad dengan persentase 61,31%, Faisal Basri 23,41%, Hendardji Soepandji 6,27%. Untuk bakal calon Wagub DKI, Tantowi Yahya berada di urutan pertama dengan persentase popularitas 67,38%, diikuti Boy Sadikin 17,59% dan Prya Ramadhani 14,59%. Berikut ini merupakan hasil survei tingkat popularitas dan kesukaan terhadap bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta 2012;
Nomor
Nama Bakal Calon Gubernur
Tingkat Popularitas
Tingkat Kesukaan
1
Fauzi Bowo
93,14%
51,52%
2
Nono Sampono
3,72%
2,07%
3
Nachrowi Ramli
15,72%
0,24%
4
Prijanto
57,90%
35,52%
5
Faisal Basri
23,41%
12,14%
6
Fadel Muhammad
61,31%
33,38%
7
Hendardji Supandji
16,72%
9,03%

Nomor
Nama Calon Wakil Gubernur
Tingkat Popularitas
Tingkat Kesukaan
1
Triwisaksana
36,93%
24,31%
2
Tantowi Yahya
67,38%
38,97%
3
Prya Ramadhani
14,59%
6,90%
4
Lulung A Lunggana
35,60%
22,45%
5
Wanda Hamidah
26,07%
12,21%
6
Boy Sadikin
17,59%
4,28%
7
Slamet Nurdin
12,10%
3,31%
8
Biem Benyamin
4,00%
1,93%

2.5.4          Kesimpulan

            Berdasarkan hasil survei tingkat popularitas dan kesukaan bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta yang dilakukan oleh Puskaptis, maka dapat dilihat bahwa bakal calon yang mendapat tingkat popularitas yang tinggi belum tentu akan mendapat tingkat kesukaan yang tinggi pula. Misalnya Fauzi Bowo yang mendapatkan tingkat popularitas sebesar 93,14% ternyata hanya mendapat tingkat kesukaan sebesar 51,52%. Hasil ini juga ditemukan pada bakal calon dan wakil gubernur DKI Jakarta lainnya.


2.6   INTERINDO

2.6.1          Profil Lembaga Survei

Integritas Indonesia (Interindo) merupakan salah satu lembaga survei di Indonesia yang bergerak dalam bidang penelitian politik dan marketing. Saat ini Direktur Eksekutif Interindo adalah Nayawan Persada, S.iP yang merupakan lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Interindo telah melakukan survei yang terkait dengan Pilkada DKI Jakarta 2012, yaitu “Penilaian masyarakat terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta 2007-2012 dan calon Gubernur 2012 – 2017 menjelang pemilukada DKI Jakarta Tahun 2012”   

2.6.2          Metodologi
           
            Metode yang digunakan oleh Interindo dalam melakukan survei yang bertema “Penilaian masyarakat terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta 2007-2012 dan calon Gubernur 2012 – 2017 menjelang pemilukada DKI Jakarta Tahun 2012”, adalah cluster sampling. Jumlah responden yang terlibat adalah 1.000 orang di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta dengan cara pengambilan sampel Probability Propotional to Size (PPS). Survei ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 17 Februari 2012.

2.6.3          Hasil Survei

            Hasil survei yang dilakukan oleh Interindo menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang kurang puas atas kinerja Gubernur DKI Jakarta saat ini. Sebanyak 89,1% merasa tidak puas pada kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam mengatasi kemacetan. Selanjutnya responden juga tidak puas pada kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam hal penanganan bencana, khususnya banjir (75,9%), transportasi massal (72,9%), kemiskinan (60,3%), serta keamanan dan ketertiban masyarakat (51,7%). Hanya sebesar 63,1% dan 53,8% responden yang merasa puas atas kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam hal pendidikan dan kesehatan. Selanjutnya Interindo melakukan survei mengenai tokoh-tokoh yang diinginkan masyarakat Jakarta untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta selanjutnya (tingkat elektabilitas) dan tingkat popularitas dari calon Gubernur DKI Jakarta. Berikut ini adalah hasil survei tersebut:
Nomor
Nama Calon Gubernur
Tingkat Elektabilitas
Tingkat Popularitas
1
Nono Sampono
18,2%
89%
2
Nachrowi Ramli
16,5%
86,7%
3
Fauzi Bowo
13,8%
99,6%
4
Prijanto
86,1%
5
Tantowi Yahya
79,5%
6
Faisal Basri
61,5%
7
Prya Ramadhani
58,6%


Selain mengukur penilaian kinerja Gubernur DKI Jakarta saat ini, tingkat elektabilitas serta popularitas calon Gubernur DKI Jakarta, Interindo juga mengukur kriteria pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat Jakarta, yaitu 15,5% masyarakat menginginkan pemimpin yang visioner, 13,8% masyarakat menginginkan pemimpin yang tegas, sebanyak 10,3% menginginkan pemimpin yang peduli pada rakyat, dan sebanyak 10,2% menginginkan pemimpin yang berani.

2.6.4          Kesimpulan

            Hasil survei Interindo menunjukkan bahwa tingkat popularitas calon gubernur yang tinggi tidak berarti calon tersebut memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi pula. Hal ini terlihat pada Fauzi Bowo yang memperoleh tingkat popularitas sebesar 99,6% tapi hanya mendapat tingkat elektabilitas sebesar 13,8%, yaitu berada di posisi ketiga setelah Nono Sampono dan Nachrowi Ramli. Jika dilihat dari hasil survei Interindo mengenai penilaian kinerja Gubernur DKI Jakarta saat ini, mungkin saja banyaknya responden yang menyatakan tidak puas membuat mereka enggan untuk kembali memilih Fauzi Bowo. Ditambah lagi masyarakat memiliki kriteria tertentu untuk Gubernur DKI Jakarta selanjutnya, yang mungkin saja kurang sesuai dengan kriteria yang dimiliki oleh Fauzi Bowo.

III.                Penutup dan kesimpulan
                 
Berdasarkan pengobservasian kami melalui sumber berupa media online(hanya melimitasi dari media online mengingat aksesibilitas menjangkau informasi dari masing-masing media survey itu sendiri), dalam Pemilihan Kepala Daerah Jakarta(Pilkada) dalam hal ini Calon Gubernur(cagub) dan Calon Wakil Gubernur (cawagub) mendapat perhatian dari berbagai media suvei nasional. Berbagai aspek yang diteliti kemudian dijadikan acuan mereka untuk melihat sejauh mana elektabilitas cagub dan cawagub yang akan maju. Ada 5 aspek utama yang dapat menentukan determinasi elektabilitas cagub dan cawagub, yaitu popularitas, aksepbilitas, elektabilitas partai pendukung, dukungan internal partai pengusung, dan faktor eksternal yaitu kemampuan calon kepala daerah menarik perhatian yang bukan pendukungnya. Hal lainnya seperti kepribadian tidak kami bahas dalam hal ini karena diperlukan analisis yang lebih mendalam per masing-masing calon kepala daerah.
Popularitas merupakan modal paling dasar yang harus dipunyai oleh seorang kandidat. Hal ini sudah dibuktikan melalui berbagai hasil survei di atas yang memang menunjukkan gejala adanya hubungan antara tingkat popularitas dengan elektabilitas. Elektabilitas calon gubernur juga ditentukan oleh dukungan partai yang akan mendukungnya. Apabila elektabilitas partai tinggi, kemungkinan calon gubernur yang didukung oleh partai tersebut akan mendapatkan banyak suara semakin tinggi. Namun, hal ini tidak selalu terjadi terkait faktor personal masing-masing calon. Apabila calon tersebut mempunyai kesan positif di masyarakat misalnya atas jasa-jasanya atau track record-nya yang bagus maka hal ini tidak akan terlalu mempengaruhi elektabilitas calon tersebut. Tidak mempengaruhi di sini, maksudnya adalah ketika elektabilitas naik atau turun tetap saja elektabilitas calon tersebut tetap atau bahkan naik.
Akseptabilitas juga berperan besar terhadap elektabilitas seorang bakal cagub dan cawagub. Menurut kami, aksepbilitas dipengaruhi oleh popularitas. Hal ini dapat dinotasikan melalui hal ini, “popularitas mempengaruhi akseptabilitas, yang kemudian mempengaruhi elektabilitas.” Namun, popularitas tinggi belum tentu akseptabilitas dan elektabilitasnya juga tinggi. Tergantung dari popularitas yang didapatkan orang tersebut apakah popularitas negatif atau positif. Apabila popularitasnya tinggi namun berupa popularitas yang bersifat negatif, akseptabilitas dan elektabilitasnya dapat diprediksi akan rendah. sebaliknya, apabila popularitas tinggi karena popularitas yang berifat positif, akseptabilitas dan elektabilitas orang tersebut juga diprediksi dapat menjadi tinggi juga.



Daftar Pustaka
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=299180. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 16.56 WIB.
http://www.candidatecenter.or.id/web2/index.php?limitstart=10 Diakses pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 16:50 WIB
diakses pada 24 Maret 2012 pukul 14:11 WIB
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=296521 Diakses pada 18 Maret 2012 pukul 17:47 WIB
http://puskaptis.wordpress.com/about/ Diakses pada 23 Maret 2012 pukul 17:49
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=176935 Diakses pada 24 Maret 2012 pukul 15:15 WIB