Rabu, 09 Mei 2012

Summary and Review Buku : Ayat-Ayat Semesta ~


 Sisi-Sisi Al Qur'an yang Terlupakan karya Agus 


Purwanto, D.Sc.




Tirta Firdaus pada tanggal 26 Desember 2010





Bab I Pembukaan

  Buku Ayat-Ayat Semesta ini dibuat oleh Agus Purwanto yang merupakan ahli fisika teoritis dan dosen ITS hasil didikan ITB dan universitas Hiroshima. Buku ini dibuat oleh beliau atas dasar ingin menyampaikan pentingnya ayat-ayat kauniyah yang berjumlah sangat banyak di dalam Al Qur'an namun banyak pula orang yang melupakannya. Ayat-ayat tersebut bila dikaji lebih lanjut dapat mengantarkan kita pada pengenalan Tuhan Yang Maha Esa.
  Review dan summary ini hanya mencangkup sebagian kecil dari bab-bab yang ada di buku. Dimulai dari Islamisasi Sains yang merupakan tema awal dan terpenting dan diikuit beberapa bab berkaitan dengan fenomena yang terjadi di alam dan kaitannya dengan dunia ilmu Islam. Bab fenomena tersebut hanya ditulis 3 padahal bab fenomena tersebut sebenarnya lebih dari 20 bab. Hal ini dilakukan karena akan begitu panjangnya bahasan apabila setiap bab direview dan diringkas.

Bab II Islamisasi Sains

  Sains menurut penulis adalah produk manusia dalam menyibak realitas. Dan setiap sains selalu berpijak pada tiga pilar yaitu ontologis, aksiologis dan epistemologis. Dalam Islam, tiga pilar ini harus dibangun berdasarkan prinsip tauhid dan terdeskripsi dalam rukun iman dan rukun Islam.
   Pilar ontologis (hal yang menjadi subjek ilmu) dalam Islam berarti kita harus menerima realitas material dan non material sebagaimana yang tercantum dalam QS Al Haqqah 38-39. Hal ini berbeda dengan sains modern yang sekarang kita kenal dimana kedua realitas ini diterima sebagai substansi yang benar-benar terpisah dan berbeda.
  Pilar kedua, aksiologis, berkaitan dengan tujuan sains dibangun. Dalam Islam, tujuan sains dibangun adalah untuk mengenal  sang Pencipta melalui pola-pola ciptaannya sebagaimana yang tercantum dalam QS Ali Imran 191. Adapun tujuan kemaslahatan bagi umat adalah derivatif dari tujuan akhir yang telah disebutkan sebelumnya.
  Pilar terakhir adalah pilar epistemologis, berkaitan dengan bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan. Manusia diberi pendengaran, penglihatan dan hati sebagai sarana untuk bersyukur (QS An Nahl 78) dan memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. Berkaitan dengan hal tersebut, Al Qur'an (walau bukan kitab sains) merupakan salah satu sumber ilmu yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, dalam epistemologi Islam, wahyu dan sunnah juga dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi pengembangan sains dimana hal ini berbeda dengan sains modern yang dengan jelas pada awalnya tidak memberi tempat pada wahyu untuk pengembangan sains.

  Berikut ini beberapa pandangan menarik tentang perspektif dan fenomena-fenomena fisika serta kaitannya dengan Islam dalam konteks yang luas:
  1. Mekanika Kuantum Asy'ariyah
  Atom sebagaimana yang kita kenal dari Democritus dan Leucippus, merupakan partikel kecil yang sudah tak dapat dibagi lagi. Democritus juga berpendapat bahwa jiwa juga terdiri dari atom-atom tersebut. Dari hal tersebut doaat diimplikasikan bahwa semua yang ada didunia merupakan materi. Di dalam sejarah sarjana Muslim klasik, konsep atom juga berkembang. Atomisme yang paling dikenal adalah atomisme Abu Bakar Al-Baqillani pengikut teologi mahzab Asy'ariyah. Inti dari teologi Asy'ariyah ini adalah penerimaan tindakan kesewenang-wenangan Tuhan dari apa yang diinginkan-Nya dan karena kehendak-Nya. Inti ini melahirkan gagasan Occasionalism dimana Tuhan terlibat langsung dalam penyelenggaraan alam semesta dan keterlibatannya dipandang sebagai manifestasi lahiriah kesempatan-Nya (occasion). Implikasi dari occasionalisme adalah segala sesuatu di alam semesta bersifat terputus-putus dan saling bebas. Tidak ada kaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain. Dengan demikian, occasionalism menyangkal hukum kausalitas.
  Ada tiga karakteristik dari atomisme Al Baqillani yang menyangga teologi Asy'ariyah yaitu : 1) atom merupakan dimensionless entites yang artinya atom tak berpanjang, tinggi dan lebar tetapi terpadu membentuk benda yang berdimensi. 2) Jumlah atom tertentu dan berhingga (finite) dan menolak konsep ketakberhinggaan mahzab atomisme Yunani dengan dasar QS Al Jinn 28. Dengan kata lain, segala sesuatu yang terhitung adalah tertentu, berhingga. 3). Atom-atom dapat musnah secara fitrah; tidak dapat bertahan dalam dua saat. Pada setiap momen, atom mewujud dan melewati ekstensi. Durasinya sekejap. Artinya, atom musnah, tercipta, musnah lagi, tercipta lagi, dan seterusnya. Hal ini memungkinkan keterlibatan Tuhan secara terus menerus dalam menciptakan dan memusnahkan sampai Tuhan ingin berhenti.
  Dalam pandangan ini, perubahan dalam skala makro termasuk mukjizat juga merupakan akibat proses atomik yang secara langsung dihasilkan oleh aktivitas ilahi. Misalnya jika Tuhan menginginkan perubahan tongkat menjadi ular, maka Dia menghentikan penciptaan atom dan aksiden yang membentuk tongkat dan secara serentak menggantinya dengan atom dan aksiden yang membentuk ular.
  Implikasi Atomisme Baqillani - Asy'ariyah ini memiliki berimplikasi pada : 1) pada tingkat atomik, kita tidak dapat berbicara mengenai perpindahan atom yang sama dari titik satu ke titik yang lainnya. Lebih benar apabila kita berbicara pemusnahan dari titik satu, penciptaan di titik dua, pemusnahan di titik tiga dan seterusnya. 2) Alam semesta merupakan entitas yang discontinue yang berarti saling bebas dan tidak memengaruhi satu sama lain. Menurut Asy'ariyah, sebab akibat berasal dari dimensi subjektif manusia (kausalitas tidak lebih dari sekedar konstruksi mental atau kebiasaan dalam pikiran manusia) dan tidak memiliki eksistensi objektif.
  Yang perlu dan utama untuk diperhatikan adalah gagasan ini dibangun atas dasar fondasi wahyu dan memiliki kesamaan dengan teori atom modern. Konsekuensinya adalah pengujian kembali asumsi-asumsi sains yang diterima saat ini. Atomisme Asy'ariyah menyiratkan pada kita bahwa adanya kemungkinan cara lain dalam memandang dan memahami alam, yang berbeda dari sains modern.

  2. Epistemologi sang Ratu
  dalam surat An Naml 18 kita dapat mengetahui menyatakan bahwa kepemimpinan semut adalah ratu (terjemahan Mahmud Yunus mengatakan raja semut, sedangkan terjemahan Departemen Agama RI adalah ratune semut). Ratu ini adalah kesimpulan dari analisa bahasa, maka langkah selanjutnya adalah konfirmasi lapangan atau semut atas kepemimpinam tersebut. Dalam proses ilmiah, ratu semut dimunculkan sebagai hipotesis yang perlu diuji kebenarannya melalui uji laboratorium, inilah contoh konkret epistemologi Islam, sumber awal informasi dari kitab suci, bukan mitos, keraguan atau keingintahuan semata.
   Permasalah lain adalah, mengapa semut dipilih untuk dicantumkan di dalam Al Qur'an yang merupakan kitab panduan hingga akhir zaman? Jawaban ini sudah ditemukan oleh scientist di luar islam. Majalah Reader DIgest menguraikan kelebihan semut dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu : 1) komunitas semut memiliki struktur kemasyarakatan yang lengkap berdasarkan tugasnya. 2) Masyarakat semut mengenal sistem peperangan kolektif, artinya kelompok semut A bisa berperang dengan kelompok semut B. 3) Semut mengenal sistem perbudakan. 4) Semut mengenal sistem peternakan (dalam hal ini semut 'beternak' atau lebih tepatnya 'memanfaatkan' jamur putih lembut yang biasanya terdapat di pohon mangga, jambu dan lainnya untuk diambil cairan manisnya). 5) Semut mengenal sistem navigasi yang baik. Masih hanya sebatas itu rahasia semut yang berhasil ditemukan manusia, apakah ada yang lain? Wallahu a'lam. Sifat dan kelebihan yang lain harus diuji riset lebih lanjut dan dengan cara demikian sains dapat berkembang pesat.

  3. Malam dan Siang
  Bab ini pada intinya diawali dengan sikap skeptis seperti mengapa malam hari gelap dan mengapa siang hari terang? Anak SMP bisa menjawabnya, karena bagian bumi yang membelakangi matahari tidak mendapat sinar matahari = gelap, begitu juga sebaliknya. Tetapi mengapa siang malam silih berganti? Karena bumi berotasi. Dan mengapa harus ada siang dan malam? Atau pertanyaan tersebut lebih tepat diubah menjadi apakah tidak mungkin hanya ada siang atau hanya ada malam? Pertanyaan ini berkaitan dengan QS Al Qashas 71-72. Jika hanya ada malam atau siang, artinya rotasi bumi tidak mempengaruhi keadaan malam dan siang. Mungkin? Ya. Bumi dapat selalu dalam keadaan malam dan gelap bila posisi bumi cukup jauh dari matahari. Dan kita tahu bahwa intensitas sinar matahari berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Akibatnya, kedua permukaan yang membelakangi maupun yang menghadap akan sama-sama gelapnya. Hal ini menyiratkan bahwa jarak bumi-matahari yang ada adalah jarak ideal.
  Pergantian malam dan siang juga memberikan isyarat tentang aspek mendasar alam semesta dan hubungannya dengan kehidupan. Jika alam semesta dalam keabadian dan selalu mengandung sejumlah bintang dan galaksi seperti yang ada saat ini dan terdistribusi merata keseluruh ruang jagat raya maka hal itu akan berimplikasi serius, yaitu jagat raya dan bumi hanya mengalami siang. Selama keabadiannya, bintang-bintang memancarkan cahaya dan memenuhi ruang-ruang dan mengisi seluruh ruang yang berakibat pada adanya siang terus menerus. Hal ini berkaitan dengan jumlah foton yang tiba ke bumi. Penulis buku memberikan contoh perhitungan foton yang sampai ke bumi ini secara sederhana (walau agak panjang) yang berkesimpulan bahwa bila jagat raya itu abadi dan statis, maka bumi hanya akan mengalami siang karena jumlah foton yang diterima juga berjumlah tak hingga. Namun fakta berkata bahwa ada malam selain siang, dengan kata lain jagat raya adalah berhingga baik volume sampai usianya.
  Pergantian malam dan siang juga mengisyaratkan adanya paket-paket dari kondisi tidak seimbang di alam semesta. Uniknya, alam semesta cenderung 'berusaha' menyeimbangkan paket-paket tersebut seperti es yang dimasukkan dalam gelas teh panas. Jika alam semesta pernah berubah bahkan lahir, maka alam semesta pasti juga akan mati atau berakhir. Hal ini sama seperti analogi dari bahasa es- gelas teh panas, alam menuju seimbang dan apabila telah seimbang maka mengalami kematian. Kesimpulannya, fenomena pergangtian siang malam menuntun kita pada keterbatasan alam baik dari aspek ruang maupun waktu.

  Sebagaimana yang diungkapkan di pembukaan, sebenarnya dalam buku Ayat-Ayat Semesta ini masih banyak memuat pembahasan-pembahasan menarik seperti implikasi pasangan (materi dan anti materi), kaitan Supernova dan nasib jagat raya, kalender Masehi dan Hijirah, kemungkinan adanya alat teleportasi, fenomena ashabul kahfi dan lain sebagainya. Pembahasan-pembahasan tersebut sangat menarik namun reivewer tidak bisa menggabungkan kesemuanya itu menjadi satu kesimpulan umum karena walau dalam tema yang sama, semua babnya menjurus pada hal spesifik yang jauh berbeda. Atas keterbatasan yang ada, kami memohon maaf dan terima kasih atas kesediannya dalam berbagi ilmu.