Kamis, 01 November 2012


MOW (Metode Observasi dan Wawancara)

Tugas Ujian Tengah Semester 2012



oleh : M. FAJRI





PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saya memilih topik ini karena saya tertarik dengan kohesivitas sebuah grup. Kohesivitas merupakan salah satu faktor pembentuk grup dan mempertahankan eksistensi sebuah grup. Grup atau kelompok yang ingin saya sasar di sini adalah salah satu peer group mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Saya ingin melihat apakah kohesivitas grup mahasiswa di universitas ini cukup tinggi atau justru rendah. Semakin tinggi maka semakin solid grup tersebut dan begitu juga sebaliknya Fenomena peer juga sering ditemui di Fakultas Psikologi ini, saya ingin mengetahui sejauh mana para anggota dalam peer mempertahankan peer mereka sehingga kebersamaan, kesolidan, dan rasa saling memiliki.

Kohesivitas adalah segala dorongan yang menyebabkan seseorang tetap mau bergabung dalam satu grup (Ellemers, de Gilder, & Haslam, 2004). Sebagai sebuah grup, sebuah grup yang mempunyai kohesivitas yang baik, akan memandang satu visi dan misi atau tujuan yang homogen. Mereka juga merasa solid, saling mendukung, saling bersikap kooperatif dengan anggota lain di dalam grup. Biasanya grup yang mempunyai kohesivitas yang baik ini lebih baik dari grup yang bersifat sukarela atau hanya sebatas kelompok yang bersifat non kohesif. Mereka lebih baik dalam hal pencapaian goal dari masing-masing individu dalam kelompok tersebut dan mempunyai moral yang tinggi antar anggota.

Rancangan dan Panduan Wawancara
Topik                           : Bagaimana gambaran atau pandangan seorang individu terhadap group cohesiveness pada peer group mahasiswa baru Universitas Indonesia Fakultas Psikologi

Target Interviewee      : Mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2010

Schedule                     :  Moderately Scheduled Interview

Sekuensi Pertanyaan : Sekuensi Tunnel karena pertanyaan yang diajukan selama wawancara bersifat open dari awal sampai akhir wawancara.

Aspek Wawancara

Opening nonverbal communication                : Membangun raport dengan mengucapkan salam dan saling berjabat tangan, memaksimalkan atau mepertahankan kontak mata dari awal, dan bersikap ramah dengan memberikan senyuman.

Opening verbal communication                      : Menjelaskan tujuan wawancara, berasala dari insitusi atau universitas mana, meminta izin waktu yang mau disediakan oleh interviewee, apakah durasinya yang saya ajukan disetujui oleh interviewee. Memberikan reward kepada interviewee berupa rasa terima kasih apabila disetujui untuk diwawancarai.

Closing nonverbal communication                 : Berjabat tangan dan memberikan senyuman untuk mengakhiri wawancara

Closing verbal communication                       : Menggunakan clearinghouse question agar lebih sopan dalam mengakhiri wawancara,  mengapresiasi bantuan berupa kesediaan waktu yang telah dilluangkan untuk diwawancarai., merangkum hasil wawancara yang sudah didapatkan.
Data Subjek                                                    : Ahmad Nurizki Rifaie yang biasanya dipanggil dengan Kiki, merupakan mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2010 jurusan Psikologi. Ia cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan memiliki peer group yang dia anggap cukup nyaman bagi dia berbagi informasi kepada anggota di peer tersebut. Usianya adalah 21 tahun. Ia suka membaca buku, berteman dengan teman baru, mendengarkan berbagai genre musik, suka mempunyai waktu untuk sendiri (relaksasi seperti pemaparannya).

Daftar Pertanyaan
Apakah anda tahu tentang kesolidan sebuah grup?

Bolehkah anda memberikan gambaran solidnya grup anda seperti apa?

Apakah anda merasa bagian inti atau tidak tergantikan dalam grup tersebut? Kalau iya, bisa 

jelaskan seperti apa?

Apakah kedekatan yang ada membuat anda nyaman?

Siapa menurut anda yang menjadi teman terdekat anda dalam grup ini? Mengapa anda 
memilih dia?

Bagaimana anda menyikapi ketika ada anggota grup yang terlihat kurang solid?

Apa tujuan dari grup anda ini?

Apakah tujuannya tercapai karena kesolidan grup ini? Apabila tercapai, maka apa yang anda 
lakukan selanjutnya untuk mempertahankan hal tersebut?

Apakah sering terjadi pertemuan untuk membahas tujuan grup ini?

Apa saja cara yang anda lakukan untuk menjaga kesolidan tersebut?
Apakah menurut anda grup ini cukup kooperatif dalam mendukung ide-ide anda? Kalau iya, kooperatifnya seperti apa?

Apakah sikap kooperatif mempengaruhi tujuan grup ini? Kalau ada, seperti apa pengaruhnya?

Apa perbedaan grup atau peer anda dengan peer lainnya?

Apakah perbedaan tersebut membuat anda lebih solid atau justru kurang solid?

Apakah ada konflik pada grup anda ini?

Apakah konflik tersebut membuat kesolidan grup ini menjadi rendah?


WAWANCARA
  
Hasil Observasi dan Wawancara
Observasi yang saya dapatkan selama proses wawancara, interviewee yaitu kiki tidak mengalami hal-hal seperti bosan dan tidak terganggu atas pertanyaan-pertanyaan saya karena dia nya juga available dan berusaha menghargai apa yang saya tanyakan dan menjawabnya dengan jawaban yang sebaik mungkin kepada saya. Hal ini membuat saya sulit mencari di mana letak salah saya karena interviewee ini datar saja dan seakan tidak terganggu dan menikmati proses wawancara dari awal sampai akhir.
Hal ini juga didukung oleh tempat wawancara yang kondusif karena tempat tersebut sangat tenang dan tidak banyak orang yang lalu lalang. Hanya beberapa orang yang lewat, dan itupun tidak membuat keributan yang berarti selama proses wawancara. Wawancara yang saya lakukan ini menggunakan handphone yang mempunyai program atau alat perekan di dalamnya. Seperti pemaparan saya di atas karena tempatnya sangat kondusif untuk dilakukan wawancara, jadi pembicaraan selama wawancara terekam dengan sangat baik dan tidak ada bising yang menganggu saat saya memerlukan mendengar kembali rekaman wawancara. Hal ini berguna ketika saya lupa tentang apa yang saya tanyakan, dan juga diperlukan untuk menulis verbatim.
            Wawancara ini memakan waktu sekitar 40 menit lebih dan itupun ada rehat selama 5 menit karena si interviewee meminta waktu rehat sebentar karena dia mau ke toilet. Saya juga memaklumi dan menghargai apa yang dia lakukan, dan saya tidak memaksa harus diselesaikan cepat-cepat karena takut hasilnya akan tidak baik dan menganggu rapport yang sudah terjalin.
         

Kesimpulan dan Diskusi
Pada awal wawancara memang membangun rapport sangat penting agar kita terkesan tidak memaksa dan menghargai hak si interviewee mau tidak mengikuti atau menjadi responden wawancara kita. Saya memulainya dengan membangun rapport dan itu sangat berhasil dalam menjaga aspek suasana yang kondusif untuk wawancara. Dari awal kita udah memberikan kesan yang positif kepada interviwee sehingga ia mau terbuka terhadap apa yang mau ditanyakan kepadanya. Proses awal ini berhasil menurut saya karena saya juga meyertakan senyuman serta berjabat tangan dalam hal ini. Keberhasilannya bisa dilihat dari si kiki , si interviewee tidak merasa terganggu dengan sikap saya dan cara saya menanyakan pertanyaan.
            Pada tengah-tengah wawancara sebenarnya saya ada kesalahan sedikit karena agak berputar-putar dalam menanyakan beberapa pertanyaan seperti pertanyaan di bawah ini,

“B, Tujuan? Tujuan yang apa nih? Memangnya ada tujuan ya dari sebuah peer doing? Bukan tujuan kali ya, manfaat kali ya?”

Di sini kikinya agak bingung dengan pertanyaan saya karena terkesan tidak berkaitan atau sinkron dengan apa yang mau ditanyakan, ia lalu mengoreksi kesalahan saya, dengan mengubah kata tujuan dengan manfaat. Ini untuk pertama kalinya si interviewee atau si kiki bingung dengan pertanyaan saya karena terkesan memang ambigu.
Nah, setelah dia menjawab manfaat seperti yang dia bilang itu, saya kembali mengulangi kesalahan menanyakan kembali tentang tujuan yang sebenarnya menurut interviewee bukan tujuan karena bentuknya hanya peer yang tujuan itu merupakan hal yang abstrak menurut dia, tidak seperti organisasi yang mempunyai tujuan. Dalam hal ini saya masih terkesan memaksa bahwa seakan-akan walaupun hanya sebuah peer pasti peer itu mempunyai tujua tertentu, tapi si interviewee masih berpendapat bahwa tujuannya tidak sesiginifikan seperti yang saya bilang. Dalam hal ini, terdapat misinterpetasi dari saya dan membuat interviewee menjadi makin bingung pada pertanyaan ini.

“A, Sebenarnya gue nanya tujuan sih tadi ki, bisa jelasin tidak gimana kesolidan itu mempengaruhi tujuan?”
 Lalu, setelah pertanyaan itu saya masih menanyakan tentang tujuan yang dipengaruhi oleh kesolidan sebuah grup. Di sini sebenarnya saya mengalami kesalahan yaitu seharusnya saya menanyakan pertanyaan ini sebelum dua pertanyaan di atas yang salah. Apabila saya menanyakan pertanyaan ini lebih dahulu 2 pertanyaan yang salah di atas bisa menjadi tidak salah dan dapat dimengerti oleh si interviewee.
Ini kalimat yang seharusnya ditanyakan lebih dahulu sebelum 2 pertanyaan yang salah di atas :

“A, Berarti menurut lo pribadi ya, kesolidan itu udah terbentuk dari awal dan terjadi secara alami ya. Nah, pas Kamaba(kegiatan mahasiswa baru) kan ada tujuan yang jelas ya yaitu membantu mahasiswa baru, menurut lo tujuan seperti tujuan yang homogen yang sama-sama ngurusin mahasiswa baru psikologi, tercapai tidak pada akhirnya ketika peer lo ini solid?”
Sebenarnya wawancaranya sudah saya rencanakan sedemikian mungkin namun tetap saja ada kesalahan yang saya buat seperti menanyakan aspek yang terkait dengan kohesivitas grup tidak secara berurutan dan menanyakannya secara acak, dan menurut saya menganggu saya pribadi sih, tapi tidak menganggu si interviewee. Saya menjadi cukup kebingungan karena tidak urutnya aspek yang saya tanyakan tersebut, semisal saya menanyakan aspek tujuan di tengah-tengah bukan di awal, padahal pentingnya menanyakan tujuan sebuah grup di awal adalah sebuah keharusan. Ini akan membuat sinkronisasi pertanyaan dari awal agar saya sendiri tidak menjadi kebingungan. Intinya, saya kebingungan dengan pertanyaan saya sendiri karena terbilang cukup tidak teratur dalam segi aspek yang mau ditanyakan.
Pertanyaannya seperti berikut, pertanyaan pertama justru tentang kenyamanan yang saya tanyakan :
“A, Nah, lo kan tadi bilang semua anggota merasa diri mereka adalah bagian inti dari grup ini nih, berarti ada kenyamanan dong antara kalian, nah, lo merasa nyaman tidak sama peer lo ini?”
Setelah itu, saya menanyakan intervensi, seperti pertanyaan berikut ini :
“A, Jadi, lo lebih menyikapi masalah tersebut dengan positif ya apabila ada anggota peer lo yang kurang solid. Ada intervensi tertentu tidak terhadap adanya anggota yang tidak solid itu dari diri lo sendiri gitu?”

Setelah itu baru tujuan, yang seharusnya di awal wawancara saya tanyakan. Saya baru menyadari ini ketika saya mengulang rekaman wawancara dan menyadari adanya ketidak-sinkronan dari awal sampai tengah wawancara, pertanyaannya seperti berikut untuk aspek tujuan?

“A, Berarti menurut lo pribadi ya, kesolidan itu udah terbentuk dari awal dan terjadi secara alami ya, nah, pas Kamaba kan ada tujuan yang jelas ya yaitu membantu mahasiswa baru, menurut lo tujuan seperti tujuan yang homogen yang sama-sama ngurusin mahasiswa baru psikologi, tercapai tidak pada akhirnya ketika peer lo ini solid?”

Masalah term atau istilah yang dipakai juga jangan sampai bias. Di sini terdapat bias dari saya sendiri ketika memakai term yang sangat psikologis. Term yang ada di sini ada beberapa yang saya ganti agar pertanyaannya bisa ditanyakan secara umum dan tidak terlalu menggunakan term psikologis yang hanya anak-anak psikologi yang tahu. Atau anak-anak psikologi juga ada tidak tahu tentang term psikologi. Di sini term group cohesiveness saya ganti menjadi kesolidan sebuah grup alasan memudahkan interviewee memahami pertanyaan saya. Biasnya adalah ketika saya menanyakan dengan memakai kata kooperatif. Saya pada awalnya mengira karena si interviewee kuliah di psikologi pasti akan tahu dengan istilah kooperatif tersebut, ternyata dia juga mengalami kebingungan ketika saya menanyakan kooperatif itu seperti apa.
Berikut pertanyaannya :
“B, Bisa jelasin dulu tidak bagaimana maksud kooperatif itu gimana? Gue agak kurang paham seperti apa sikap kooperatif dalam sebuah peer”

Interviewee juga bingung ketika menanyakan pertanyaan ini :
“A, Lalu, kooperatif sebuah anggota itu ngaruh tidak ya terhadap pencapaian tujuan dari peer itu? Kan semakin kooperatif membuat tujuan semakin cepat tercapai, sehingga juga membuat grup semakin kompak dan solid nih, gimana menurut pendapat lo nih?”
Jawabannya seperti ini :
“B, Gue kurang ngerti sih sebenarnya apa yang lo tanyain, bisa diulangi tidak pertanyaannya?”
Kejadian ini saya tidak terlalu ingat, tetapi ada suatu hal membuat dia terganggu atau tidak fokus terhadap pertanyaan saya, seingat saya itu dikarenakan oleh adanya orang yang lewat ketika kami sedang melakukan wawancara dan membuat pandangan teralih sejenak. Padahal saat itu saya sedang membacakan pertanyaan tersebut.
            Saran saya untuk wawancara selanjutnya adalah bias harus diperhatikan, yaitu dalam hal memilih partisipan. Dalam hal ini si interviewee kebeteulan teman saya dan bisa saja sebenarnya ia menjawab faking good karena pengaruh pertemanan saya dengan dia. Keseriusan interviewee dalam menjawab juga sebenarnya berpengaruh pada hasil wawancara.
            Faktor tempat juga harus diperhatikan lagi, karena walaupun tempatnya kondusif tapi apabila masih ada beberapa orang yang lewat dan lalu lalang di tempat itu masih membuat wawancara kurang kondusif dan membuat perhatian si interviewee teralihkan apabila ada orang yang lalu lalang selama proses wawancara.
            Perhatikan sekuensi atau urutan topik yang mau ditanyakan, harusnya dalam wawancara itu terstruktur misalnya dari tujuan baru kesimpulan, nah, dalam hal ini sebenarnya rancangan wawancara saya moderately scheduled, dimana saya tidak terlalu fokus pada interview guide question agar wawancara berjalan secara terbuka dan tidak ada kebingungan yang dialam oleh si interviewee. Namun, dalam beberapa pertanyaan tetap saja interviewee masih ada bingung, yang menandakan bahwa masih ada yang kurang dalam urutan pertanyaan yang saya ajukan. Seharusnya ada sinkronisasi antara pertanyaan satu dengan pertanyaan lainnya. Ini sangat perlau diperhatikan.
            Waktu wawancara juga harusnya diperhatikan karena berpengaruh pada konsentrasi si interviewee. Saya menyarankan wawancara baiknya dilakukan di pagi hari, kalaupun dilakukan di siang hari setelah makan siang, agar si interviewee juga merasa siap dalam memberikan informasi dengan fit. Ketika saya mewawancara ini, interviewee sebenarnya sudah makan siang, tapi dia mengaku agak ngantuk karena tidak tidur cukup sehari sebelum saya wawancara. Dalam hal ini, sebenarnya interviewee terlihat baik-baik saja seperti pemaparannya, namun kita juga harus menanyakan keadaan dia sebelm memulai wawancara.


Daftar Pustaka
Light Bryan Consulting. (n.d.). Characteristics of Effective Groups. Diunduh dari http://www.lightbryan.com/explain/effectivegroups.html pada 2 September 2012, Pk 14.40.
Stewart, C. J., Cash, W. B. 2008. Interviewing : Principles and Practices. New York: McGraw-Hill
Baron, R. A., Bramscombe, N. R., Byrne, D. 2008. Social Psychology :Twelth Edition. Boston : Pearson


Lampiran
Verbatim
Saya sebagai A, si interviewer, dan Kiki sebagai B, si interviewee. Lokasi wanwancara adalah gedung B lantai 2 pada jam 12.21 sampai jam 13.10 WIB hari Minggu, 14 Oktober 2012. Term yang ada di sini ada beberapa yang saya ganti agar pertanyaannya bisa umum ditanyakan dan tidak terlalu menggunakan term psikologis yang hanya anak-anak psikologi yang tahu. Atau anak-anak psikologi juga ada tidak tahu tentang term psikologi. Di sini term group cohesiveness saya ganti menjadi kesolidan sebuah grup alasan memudahkan interviewee memahami pertanyaan saya.
A, Selamat siang kiki.
B, Siang jri.
A, Nah sorry nih ganggu waktu lo nih, Gue pengen minta waktu dan kesediaan lo buat diwawancara nih, apakah lo bersedia memberikan waktunya?
B, Boleh-boleh, silahkan jri, gue available kok jri.
A, Mungkin wawancara ini akan berlangsung selama 40 menit atau lebih dikit nih, sekali lagi, dengan waktu yang sebanyak itu apa lo bersedia untuk diwawancarai oleh gue dan menjadi target partisipan gue?
B, Bersedia!
A, Nah, dalam wawancara ini gue ingin menanyakan nih bagaimana pandangan atau gambaran anda nih tentang kohesivitas sebuah grup, dalam hal ini yaitu kesolidan sebuah grup yaitu peer group yang lo berhubungan dan berkomunikasi saat ini dengan mereka. Lo tau g apa makna kesolidan sebuah grup dalam hal ini peer group lo?
B, Kesolidan sebuah grup ya, ini sih menurut pendapat pribadi gue, kalau menurut gue sendiri sih (diulang lagi oleh kiki karena masih dipikirkan jawabannya), yaitu di mana….
Grup di sini kan di mana gue ibaratkan sebagai sebuah peer group bukan kelompok organisasi atau semacamnya ya, yang di mana peer ini biasanya yang ada di sekitar kita dan kehidupan kita ya, gitu. Sebagai contoh sih, peer di kampus ya, itu sering banget kita temuin, banyak peer yang kita temuin di kampus dan masing-masingnya kayak berbeda gitu loh satu sama lain, punya keunikan sendiri.
Nah, biasanya itu mereka sering banget jalan kalo peer ini, dan solid itu adalah seberapa sering lo bermain bersama di kampus atau di mana gitu, atau rasa kebersamaan lo dengan mereka, keterbukaan lo dengan mereka juga sih ya sehingga membuat diri lo nyaman gitu di peer tersebut.
A, Nah lo udah memberikan sedikit gambaran nih tentang gimana sebuah grup yang solid itu gimana ya, aktivitas kayak makan-makan bareng, kumpul-kumpul bareng, ada hal lain tidak yang menurut lo yang lo mau gambarin gimana solidnya sebuah grup itu?
B, Ooooooo, gue sih apa ya? Eeeee, apa ya? Hmmm, kalau menurut gue sih kesolidan itu selain kita sering makan bareeeng, jalan bareng, keterbukaannya aja sih, tergantung komitmen juga sih ya, dan saling berinteraksi dan berkomunikasi gitu. Berkomunikasinya juga ada maknanya loh, tidak cuma ngobrol aja, bukan sekedar bercanda-bercanda tapi ya yang tadi gue bilang, adanya keterbukaan, ada anggota yang punya masalah ya kita bantu ya.
A  Nah, berarti dalam grup itu lo saling berkomunikasi dan berinteraksi ya untuk menjaga kesolidan grup lo ini, perlu tidak sih media komunikasi seperti, media internet, media sosial, atau media telpon dan sms gitu buat menjaga saling komunikasinya itu semisal facebook, twitter?
B, Hmm, dibilang perlu sih ya perlu kali ya, tapi media seperti itu tidak terlalu perlu banget. Namun, dalam menunjang kebutuhan grup ini dalam saling menjalin komunikasi itu berperan juga menjaga kesolidan grup itu sendiri kalau gue bilang. Media itu membantu kita juga sih ya sewaktu kita berada di tempat yang saling berjauhan, kan kita tidak mungkin kayak harus menyusuri teman kita yang jauh itu, ya jadi menurut gue ya penting tapi g esensial gitu loh. Ketika gue mau bareng dia gitu, ya kita makenya media itu biar lebih cepat aja komunikasinya ya. Gue sih biasanya sms, BBM(Blackberry Messenger), facebook-an, twitter-an, dan lain-lain.
A, Dalam sebuah grup itu kan saling komunikasi ya ki, seperti pemaparan lo yang tadi, nah, saling berkomunikasi berarti saling merasakan rolenya lo disitu gimana ya, menurut lo pribadi, lo merasa bagian inti atau tidak tergantikan di grup itu g? atau dengan adanya lo, komunikasinya jadi lebih asik, nyantai, dan terjalin gitu tidak sesama anggota yang lain?
B Kalau buat sebagai bagian inti sih, gue tidak merasa gue sebagai bagian itu, tapi semua dari kita itu y ague ibaratin anggota inti semua, tidak ada yang bersifat staf apa gitu trus tugasnya hanya sebatas apa gitu. Trus, setiap individu di grup ini ya punya kekhasan masing-masing ya, jadi ya ketika tidak ada gue komunikasi mereka tetap berjalan, tapi ada aja ya menurut gue ketika seorang dari kita tidak adatang ada aja yang berbeda gitu rasanya, rasa kurang gimana gitu, bukannya kurang asik sih, tapi ya kurang aja gitu rasanya, rasa kurang lengkap gitu deh. Apalagi pas lagi makan, jalan-jalan trus ada yang tidak dating, ya kurang aja menurut gue ya.
A, Nah, lo kan tadi bilang semua anggota merasa diri mereka adalah bagian inti dari grup ini nih, berarti ada kenyamanan dong antara kalian, nah, lo merasa nyaman tidak sama peer lo ini?
B, Ya, nyaman. Kalau dibilang nyaman ya nyaman banget gitu sama peer gue karena kita ngerasa gimana gitu. Istilahnya kita kan memang dari berbagai kalangan ya, tapi saat kita bersama dalam peer ini kita kayak sederajat kok. Jadi, tidak ada itilah lo kelas atas atau bawah, tapi lo itu dalam satu grup ya sederajat semua menurut gue prbadi ya. Itu merupakan hal yang mendasari kenyamanan gue berada di grup ini.
A, Oke, berarti lo nyaman ya dengan peer group lo ini, itu juga berarti dekat tidak ya dengan anggota di peer ini?
B, Iya, gue deket banget sama anggota yang ada di peer gue ini.
A, Seperti apa ya kedekatan lo itu dengan para anggota peer ini? Bisa lo jelasin tidak?
B, Kedekatan antar anggota sih memang beda-beda ya, misalkan kita ini berdelapan tetapi yang deket gue probadi itu hanya beberapa dan tidak semuanya juga sih ya,karena kedekatannya itu lebih kepada, ada yang terbuka banget sama gue, ada yang, eeee, terbuka aja.
A, Nah, selain terbuka, lo ngerasa hal apa lagi di antara anggota peer lo ini? Lo ngerasa dibutuhin sama anggota peer ini tidak?
B, Tergantung situasi sih ya, sama tergantung tujuan ya, ketika ada yang mau cerita ke gue dan ada yang pengen sharing ke gue ya gue emang saat itu emang dibutuhkan. Ya itupun kalau ketemu, tapi tidak harus ketemu kok. Dibutuhinnys tidak setiap saat juga sih ya, karena gue juga mempunyai pekerjaan lain yang gue tanggung.
A, Dalam grup itu kan ada beberapa orang yang menurut lo deket ya sama lo? Apa alasan kedekatan dengan anggota peer tersebut? Apakah yang lain memang terkesan cuek atau gimana?
B, Sebenarnya bukan gue yang milih buat dekat ya, tapi lebih orang atau anggota itu mau mulai duluan apa tidaknya. Gue tidak mungkin memaksakan agar anggota dalam peer tersebut mau terbuka sama gue. Tapi, ketika anggota tersebut membuka diri ke gue ya, gue nerima, nerima aja gitu. Ketika ada orang yang membutuhkan gue ya sebisa mungkin gue bantu. Itulah yang membuat kedekatan kita, bro! Hahaha.
A, Hmm, berarti lo cukup fleksibel ya dalam peer group lo ini ya, tahu di mana posisi lo, tahu kapan harus bertindak, dan tahu bagaimana harus bertindak (backsound : lalalaalalala, ada orang yang menganggu proses wwawancara)
A, Nah, dalam peer group kan tidak semua anggota yang membuat lo nyaman? Apakah ada anggota yang membuat lo tidak nyaman sehigga menganggu kesolidan grup ini?
B, Yang membuat gue tidak nyaman sih, tidak ada, tapi mungkin lebih kayak ngerasa  gimana. Balik lagi sama kedekatan seperti yang gue bilang tadi, sikap gue ke beberapa anggota ada yang berbeda dengan sikap gue ke beberapa anggota lain yang mungkin gue agak sedikit kurang nyaman. Tapi sejauh ini sih menurut gue sih wajar0wajar aja intensinya, tidak terlalu membuat gue bener-bener kurang nyaman.
(Bunyi suara teman yang sedang ngobrol, dota dulu dota)
A, Nah berarti ada beberapa orang yang membuat lo kurang nyaman atau gimana?
B, Bukan-bukan kurang nyaman, tapi lebih seperti standar kedekatannya kan beda-beda ya, nah ada yang sangat dekat, ada yang kurang dekat, tapi so far sih fine-fine aja ya menurut gue.
A, Ada yang deket banget dan ada yang deket aja, nah, itu bisa lo jelasin tidak, apakah emang ngaruh terhadap kesolidan peer lo ini atau gimana?
B,  Deket aja ya itu biasa-biasa aja, kayak kita ngobrol trus cerita, terus bercandaan, itu term deket aja, tapi kalau deket banget itu si anggota yang deket itu, samapi-sampai cerita tentang keluarganya, tentang pacarnya, sampai kayak curhat dan nangis segala macam.
A, Nah, kan seperti lo bilang ada anggota yang mau curhat nih karena deket banget sama lo, lo mikirin gender itu tidak dalam hal memilih orang yang mau curhat ke lo?
B, G kok, gue tidak mempermasalahkan gender, ketika ada temen cowok di peer gue itu mau cerita, ya walaupun cowok ya gue terima. Ya gue juga berusaha seprofesional mungkin.
A, Profesional seperti apa sih yang lo maksud ki? Bisa lo jelasin lebih lengkap tidak?
B, Tahu lah, kita kan anak psikologi ya, dalam psikologi lo diajarkan untuk nerima apapun itu, Semua masalah dan kayak apapun orangnya itu, ya kita harus bisa menerima. Seperti itu loh.
A, Jadi, lo lebih menyikapi masalah tersebut dengan positif ya apabila ada anggota peer lo yang kurang solid. Ada intervensi tertentu tidak terhadap adanya anggota yang tidak solid itu dari diri lo sendiri gitu?
B, Kalau kita sih semisal mau ngadain acara apa gitu ya, terus kita udah ajakin semua anggota dalam peer itu ya, tapi ada yang tidak bisa dating atau ada urusan gitu ya, punya kesibukan sendiri, atau dah punya janji di luar. Kalau kita sih kurang bisa berbuat banyak ya untuk intervensinya sendiri, soalnya seperti yang gue bilang tdai, ini hanya berbetuk peer bukan organisasi ya kedekatannya sih bagus tapi tidak ada suatu hal yang terlalu mengikat kita loh, dan jga bukan organisasi yang punya tujuan yang jelas. Tujuan kita sih juga jelas ya, tetapi ya tetap tidak ada satu hal yang mengikat kita, toh namanya juga peer ya. Paling, intervensi yang realistis adalah kalau dia tidak bisa ikut suatu acara yang kita ajak dia buat ikut ya kita becandaian doing, tidak sampai kayak membuat kita tidak nyaman gitu. Seperti, ah g seru loh, ayo dong gitu, kalau memang dia bener-bener g bisa ya kita tidak bisa maksa gitu kan ya. Siapa kita, gitu loh maksa orang lain buat iukt kita dengan terpaksa. Gitu aja sih menurut gue pribadi ya. Cuman kalau memang ada anggota peer yang g dating ya pengaruhnya kayak ada yang kurang aja dari peer ini, kayak kurang rame gitu deh.
A, Nah, sekarang terkait tujuan nih ki, yang gue tangkap ya, lo udah merasa solid banget sama peer group lo ini. Dan, sebenarnya lo tahu tidak apa tujuan lo ngumpul pada peer lo ini?
B, Tujuan? Tujuan yang apa nih? Memangnya ada tujuan ya dari sebuah peer doing? Bukan tujuan kali ya, manfaat kali ya?
A, Iya, kalau tujuan sih mungkin tujuan yang bersifat fungsional gitu. Nah, kalau manfaat sendiri seperti yang lo bilang, manfaat apa aja ya yang lo dapetin dari peer lo ini?
B, kalau manfaat yang gue dapetin sih ya, gue lebih ngerasa gimana sih, ketika lo berada sendirian dan ketika lo berada dengan teman-teman lo ya beda kan? Lo pasti tergantung situasi nih , akan lebih senang ketika gue bareng-bareng dengan temen gue, ini kalau gue pribadi ya. Nah, ketika gue sendirian pastilah gue merasa kesepian atau apa gitu ya.
Nah, kalo manfaatnya banyak sih ya, karena gue berpikirnya dalam peer ini juga kita dilatih untuk melatih soft skill kita seperti komunikasi, bagaimana cara kita berbicara dengan orang lain secara lebih sopa, bagaimana membangun hubungan interpersonal, segala macam. Contohnya sih kayak yang gue bilang tadi aja, ketiak ada orang yang curhat ke gue ya, gue tidak membedakan apakah itu laki atau perempuan gitu kan, gue tidak membedakan itu, ya gue terima-terima aja. Siapapun itu y ague bantu, banyak sih manfaat yang lainnya sih sebenarnya menurut gue.
A, Sebenarnya gue nanya tujuan sih tadi ki, bisa jelasin tidak gimana kesolidan itu mempengaruhi tujuan?
B, Iya kembali lagi sih sebenarnya seperti yang gue bilang tadi, peer emang ada tujuan tapi tujuannya tidak terlalu spsesifik sih ya, kan harus ada kelengakapan struktur anggota, dan adanya birokrasi. Nah, kalau di peer ini tidak ada birokrasi sama sekali, kita tidak membuat sistem tertentu kok dalam membentuk peer ini, tidak harus ada pertemuan beberapa kali, atau harus formal banget ngurusin sesuatu hal sampai ngadain rapat, ya kita tidak segitu-gitunya amat kok. Kita bukan gitu, ya kita berteman aja sih intinya, tujuannya sejauh ini ya having fun aja.
A, Masih terkait dengan tujuan nih, kata lo tadi kan tujuan dari peer lo ini ya buat having fun ya. Nah, selain itu kan sebenarnya peer ini terbentuk dari kepanitian Kamaba(kegiatan mahasiswa baru), nah, apakah kesolidan sebuah grup udah kebentuk pas peer ini dari awal kebentuk atau gimana ya? :D
B, Kalau di acara kemarin, ya memang kita punya tujuan pas punya acara, tapi itu kan hanya sebatas hubungan dengan kepanitian yang lain ya karena tanggung jawab tugas kita juga. Nah, kesolidan antar anggota terbentukny pas di situ ya, karena kita melakukan tanggung jawab mengurusi mahasiswa baru secara bersama-sama, jadi ya kemarin tujuannya sih jelas ya mengurusi mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya di psikologi. Kalau menurut gue ya, dari awal aja kita-kita tuh udah solid dalam peer kepanitian ini ya, kalau ketemu kita udah tidak merasa canggung lagi loh. Semuanya terbuka satu sama lai, seperti yang gue bilang tadi loh. Ketika ada di peer lain semacam pembagian golongan atas, bawah, menengah, kalau di peer ini sih tidak ya, karena kita itu merasa sederajat, yang kaya bisa gaul sama si menengah dan begitu seterusnya. Intinya ish kita tidak nge-beda-bedain tingkat kekayaan atau harta ya, yang penting itu kita kalau ngomong ya nyambung satu sama lainnya. Gitu loh.
Solidnya malah sampai sekarang ya meskipun hanya sebatas peer, Kamaba kan udah kelar berapa bulan coba, udah 2 bulanan gitu, tapi tetap aja kta ngerasa kita itu masih solid banget antar anggotanya.
A, Berarti menurut lo pribadi ya, kesolidan itu udah terbentuk dari awal dan terjadi secara alami ya, nah, pas Kamaba kan ada tujuan yang jelas ya yaitu membantu mahasiswa baru, menurut lo tujuan seperti tujuan yang homogen yang sama-sama ngurusin mahasiswa baru psikologi, tercapai tidak pada akhirnya ketika peer lo ini solid?
B, Kalau soal tujuan ya, pada awalnya kita di Kamaba itu kan menjaga mahasiswa baru agar ia tetap mengikuti acara PSAF, gitu kan, acara fakultas dan acara lainnya. Ya Alhamdulillah kitanya terbantu banget kalai kita solid karena kita itu kerja kan g sendiri-sendiri ya. Maksudnya kita kan pas Kamaba kemaren sebagai tim Medis seperti tim ahli kayak dokter gitu, tapi g jadi dokter juga sih, selain itu kita juga bantuin mereka adaptasi juga ya.
Solidnya kita juga dibantu ketika mengerjakan tugas Kamaba sih, ada dosen speti mas Ewa dan Mas Ivan, ada psikolognya juga yang nanganin mahasiswa barunya, dan juga ada pelatihan buat kitanya ya agar kita solid dan agar kita memenuhi pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan baik dan efektif. Gitu loh.
A, Nah, masih berkaitan dengan tujuan yang tadi nih ki, biasanya sebuah grup yang solid itu tujuan dari grup itu akan tercapai. Nah, dalam perumusan tujuan itu sendiri secara bersama-sama atau secara individual sih? Sebagai contoh, pengambilan keputusan ya hanya dilakukan oleh ketuanya aja tanpa ngelibatin anggota yang lain.
B, Kalau dari kita sih, kemaren yang gue lihat itu memang konsep itu dipegang sama PJ atau penanggung jawab kepanitian media yang notabene peer gue sekarang,tapi ketika PJ memberikan konsep sedangkan kita juga punya saran tentang konsep yang lain, yaudah kita tamping semua, gini lebih baik menurut kita yaudah kita approve dan jadikan sebagai konsep yang akan dijalankan. Dan kalau keputusan menurut kita bersama itu memang yang terbaik ya kita jalani. Jadi, g terpusat pada satu orang yang membuat keputusan aja seperti penanggung jawab tadi, tetapi dirumuskan bersama-sama seperti musyawarah gitu deh.
Tapi, kalau konsep awal sih penanggung jawabnya itu yang ngambil keputusan dulu, gitu loh.
A, Berarti lo setuju bahwa dalam menjaga kesolidan grup itu semua anggota turut berkontribusi dan memberikan sumbangsihnya terhadap ketercapaian tujuan grup itu sendiri. Nah, setelah tercapainya tujuan awal nih,ka nada tujuan-tujuan selanjutnya, apa saja yang lo lakuin agar tujuan berikutnya tercapai juga?
B, Nah, kemaren kan ketika Kamaba itu berakhir, kita memang harusnya meamng harus bubar secara kepanitian ya buat formalitas, tapi tim kita ini tidak, justru menjadi sebuah peer yang cukup solid gitu loh, tetap ketemuan sampai sekarang. Kita ngebuat semacam kayak janji gitu jangan sampai bubar ya walau kepanitiaannya udah selesai gitu. Kita juga harus tetap solid dan harus sering ngumpul gitu, kita juga masih sering jalan, makan bareng, ada acara bareng atau apa. Ya itulah yang menjaga kesolidan grup ini dan membuat kami masing-masing anggotanya menjadi lebih dekat, dan masih sering ketemuan, sering menjalin komunikasi sampai sekarang. Komunikasi sih yang paling kerasa.
A, Nah, kata lo kan tadi makan-makan bareng, dan ngumpul bareng buat jaga kesolidan itu sendiri, ada kegiatan informal lainnya g yang lo adain sesame anggota peer lo ini seperti rapat apa gitu buat ngebahas kepanitiaan selanjtunya yang mau diiikuti.
B, Bukan rapat juga sih ya, tapi emang kita cuma ngumpul, terus ngobrol-ngobrol apa gitu, ngegosipin orang-orang, ngumpul di kampus, ngobrol sambil makan siang juga, ya gitu bukan rapat juga sih ya. Kalau rapat-rapat ya pas masih Kamaba kemaren sih, setelah itu  tidak ada tujuan tetap yang ingin kita capai gitu loh.
A, Nah, dari aspek kooperatif nih, dalam sebuah grup atau peer kan harus ada sikap kooperatif ya antar anggota. Bisa berikan gambaran seberapa kooperatifnya antar anggota di peer lo ini tidak?
B, Bisa jelasin dulu tidak bagaimana maksud kooperatif itu gimana? Gue agak kurang paham apa itu sikap kooperatif dalam sebuah peer?
A, Iya, maaf, gue kasih dengan contoh, yaitu ketika seorang anggota peer ini menyatakan pendapat maka anggota lain akan turut menyatakan pendapat dan juga sekaligus menyanggah, dan tidak hanya diam saja, jadi ada sikap saling membantu dan berkontribusi. Apabila ada satu orang dalam anggota mengajukan sebuah proposal, maka anggota lain juga turut membantu untuk meng-goalkan proposal tersebut. Nah, jadi ada g sih sikap kooperatif antar anggota peer lo ini agar tujuan bersama tercapai?
B, Kalau gue sih ngelihatnya gini, ketika ada satu orang puny aide atau pendapat, mungkin apa ya? Mungkin tidak semua harus semuanya ikut mendukung, ya mereka berha menyampaikan pendapat, kalau misalnya kata mereka kurang bagus yang berarti kurang bagus. Dan sebaliknya, kalau kata mereka baik, ya berarti baik, kalau mereka setuju, ya berarti setuju. Tapi, ada tapinya nih, tidak semua ya setuju, kalau tidak setuju ya tidak setuju aja. Mereka punya pendapat masing-masing, ya harus kita hargai. Contohnya, kayak, misalnya ada yang ulang tahun nih, kita rayain bareng-bareng, eh gimana nih kita mau ngasih surprise apa, gimana nih rencananya. Ketika kita…Memang sih ketika ada salah satu anggota dari peer kita emang tidak bisa dating untuk ikut merayakan ulang tahun tersebut. Yaudah kalau dia tidak ikut itu, ya kita hormatin aja, karena dia juga punya nilai atau believe-nya masing-masing gitu loh. Yang penting kita hargaian dia aja.Kita kan udah ngajak diauntuk berpartisipasi di acara tertentu, tapi kalau dia memang tidak bisa ikut apapun alasan yang ia berikan, kita terima kok, kalo gue pribadi sih oke-oke aja. Selama tidak merusak hubungan kita ya tidak masalah sih ya.
A, Lalu, kooperatif sebuah anggota itu ngaruh tidak ya terhadap pencapaian tujuan dari peer itu? Kan semakin kooperatif membuat tujuan semakin cepat tercapai, sehingga juga membuat grup semakin kompak dan solid nih, gimana menurut pendapat lo nih?
B, Gue kurang ngerti sih sebenarnya apa yang lo tanyain, bisa diulangi tidak pertanyaannya?
A, Lalu, kooperatif sebuah anggota itu ngaruh tidak ya terhadap pencapaian tujuan dari peer itu? Kan semakin kooperatif membuat tujuan semakin cepat tercapai, sehingga juga membuat grup semakin kompak dan solid nih, gimana menurut pendapat lo nih?
B, Ngaruh ketika, ngaruhnya gini,  berpengaruh sih jelas, misalnya gini nih, pengen ngadain surprise ulang tahun salah satu anggota, ketika semuanya, tidak setuju, ya berarti ngaruh kan ke tujuan dari peer itu, tujuannya jadi tidak tercapai. Tapi, kalau misalkan setuju atau tidak setujuanya, dilihat lagi nih, banyakan yang mana suaranya, dilihat lagi nih tujuannya bisa tidak sih tercapai sesuai dengan kesepakatan semua anggota peer ini. Ya kita ngehargain kalau ada anggota bilang tidak bisa, kita ngahargain, ya kita gapapa.
A, Berarti semua anggota turut memberikan sumbansihnya, kalau ketua kelompok atau ketua peer ini sendiri ya, yang memimpin peer ini, memberikan semacam arahan, masukan, atau dorongan tidak agar terbentunya atau terjaganya kesolidan grup ini?
B, Kalau kita sih ya, sebenarnya tidak ada ketua-ketuan karena kita itu berbentuk peer, ya semua bisa jadi ketua kelompok atau bahkan semua merupakan pemimpin peer ini. Walaupun dalam kepanitian Kamaba sebagai tim medis ada penanggung jawabnya gitu, tetap aja kita itu kenyataannya di lapangan sama semua tugasnya tidak ada yang lebih tinggi dan rendah, tidak ada yang lebih berat atau ringan, semua sama aja sih ya.  Seperti tidak ada tingkata, tidak ada istilah lo orang atas atau bawah, lo orang kaya atau miskin. Kalau ada semacam otoritas atau dominasi salah satu anggota peer. Jadi, kalau ada anggota peer ini ada yang ngajak ngumpul atau nikin acara gitu, ya tidak mesti ketua kelompok yang kemaren yang ngajak dan gatur jadwal, masing-masing anggota bisa menentukan jadwal pertemuan, kapan mau ngumpul bareng, kapan mau jalan bareng kemana gitu. Pokonya tidak ada jabatan apa gitu yang lebih mendominasi anggota peer ini.
A, Nah, dalam menjaga kesolidan sebuah grup nih ki, kan harus adanya dukungan moral antar anggota dalam grup atau peer itu sendiri, ada tidak dukungan moral yang ditampilkan dan yang lo bsai lihat dalam peer ini? Sikap-sikap apa aja nih yang berkaitan dengan moral yang dapat menjaga dan membuat peer ini lebih solid.
B, Ya mungkin sih kalau kita di psikologi kenal kali ya dengan yang namanya empati, ya kita hrus empati sesame anggota dalam peer ini. Kita cukup fokus, ngedorong dalam hal yang positif, saling mendukung, ya asertif satu sama lain. Ketika ada seorang anggota yang sedang becandaan yang memang Diana suka becandaan ya kita hargai dan tidak terlalu menganggap serius becandaan atau sentilannya dia gitu loh. Walau becandanya kelewatan gitu sih menurut gue ya kita masih wajar-wajar aja ya, ka nada standar wajar menurut peer kita ini, dan masing-masing anggota tahu koko sejauh mana becandaan yang boleh dan jangan sampai menyakiti atau menganggu keberadaan anggota dalam peer ini. Kalau ada hal yang tidak kita sukai, ya kita tidak langsung semprot dan marah-marah memang, tapi kita cukup asertif aja dalam mengutarakan perasaan kita terhadap ketidaknyamanan yang disebabkan oleh anggota lain dalam peer ini.
A, Pernah terjadi konflik tidak dalam peer lo ini? Seperti pertengakaran atau semacamnya.
B, Kalau buat konflik sih sejauh ini tidak ada ya, menurut gue sih ya, tidak tahu gimana anggota yang lain menilai apakah ada konflik atau tidak di sini. Paling adanya konflik kecil seperti becandaan yang agak kelewatan tapi masih dalam batas wajar. Toh, akhirnya terselesaikan saat itu juga biasanya, dan tidak diperpanjang lagi masalah atau konflik tersebut, karena kita tuh ya bawaannya nyantai aja, kalau ada hal-hal semacam becandaan yang terasa agak sarkas ya bisa ditahan-tahan lah emosinya. Lagian bukan emosian juga sih ya, semacam agak kesel dikit aja. Konflik yang gede gitu g ada sih, karena kita itu saling ngejaga, saling ngerti, saling paham satu sama lain dan juga karena kita udah mengenal satu sama lain sih sebenarnya.
A, Berarti hamper tidak ada konflik ya dalam peer lo ini, seandainya ada nih konfliknya bersifat gede gitu, ada tidak cara lo buat menyelesaikan konflik itu? Gimana caranya biar kelompok itu biar solid gitu loh?
B, Kalau gue pribadi, kalau seandainya ada konflik besar ya, ya caranya itu, tergantung masalahnya dulu apa, ketika harus diselesaikan bersama-sama, dan memang butuh semua anggota, ya kita ajak anggota yang lain untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat. Nah, kalau masalahnya bersifat pribadi gitu, yaudah dia harus bisa nyelesain konflik dia prbadi dulu gitu. Kita hanya sebagai penengah dan itu kan sifatnya pribadi dan privasi ya, kita juga harus menjaga hak pribadi dia juga. Keterbukaan, komunikasi, dan sikap lebih asertif untuk menghindari konflik yang besar sebenarnya merupakan kunci utama menyelesaikan konflik itu. Harus ada yang membuka diri dan harus saling legowo dengan meminta maaf dulu tanpa harus disuruh atau didorong baru mau berbaikan satu sama lain. Salin gngerti, saling tahu diri posisi masing-masing.
A, Nah, dalam menjaga kesolidan sebuah grup kan juga diperlukannya saling keterpercayaan nih. Menurut lo, antar anggota udah saling percaya tidak satu sama lain dan mau berbagi informasi yang meungkin bersifat prbadi kepada anggota lain dalam peer lo ini?
B, Berbicara tentang saling percaya, seperti yang gue jelasin tadi sih lebih kepada ketika lo ngebuka diri lo ke orang lain ,seberapa dalam itu, seberapa prbadinya itu, nah ketika itu juga lo juga harus memberikan kepercayaan itu. Gimana caranya menjaga keterpercayaan itu,  ketika lo didatangin orang untuk dicurhatin lalaalala, ya lo harus siap untuk menjaga informasi yang diceritakan orang tersebut kepada lo. Lo harus menjaga rahasia maing-masing gitu loh.
A, Hmm, mungkin kita sudah sampai di penghujung wawancara ki, gue rasa informasi yang mau gue dapatin tentang kohesivitas atau kesolidan grup sudah terjawab oleh lo(sambil berjabat tangan dan melemparkan senyuman).
B, Oke oke sip sip sama-sama. Semoga gue bisa membantu lo dalam membuat tugas MOW lo ini, hahahahaahaha.