Kamis, 01 November 2012

Sedikit banyak membahas tentang Metode Observasi dan Wawancara

 MOW (Metode Observasi dan Wawancara)
Wawancara Telpon dan Wawancara Tatap Muka

oleh : M. FAJRI

Wawancara telpon saya lakukan pada tanggal 7 September 2012 pukul 20.12 WIB. Subjek yang menjadi interviewee bernama Anissa Suryadarma yang merupakan teman dari teman SMA saya dulu. Saya yang memulai menelpon Anissa ini dan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan nama, alamat, umur, (perkenalan diri), hobi, aktivitas saat ini, di universitas mana ia kuliah, dan status hubungan saat ini apakah punya pacar atau tidak. Saya mengajukan pertanyaan secara beraturan yaitu dengan menanyakan hal yang bersifat umum dahulu, baru setelah itu menanyakan hal-hal yang bersifat khusus. Anissa mengaku ia berumur 19 tahun dan kuliah di Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat. Ia juga tinggal di Jalan Teuku Tunggul Hitam, Padang. Ia mempunyai hobi membaca, mendengarkan musik, dan hangout bareng teman-teman kampusnya. Ia juga mengaku bahwa aktivitasnya saat ini lebih fokus terhadap kuliah dan kegiatan organisasi kemahasiswa di kampusnya. Ketika saya menanyakan status hubungannya ia menolak untuk memberi tahu saya dan saya menghargai sikap Anissa karena dari awal saya berupaya membangun rapport yang baik agar ia lebih mudah menjawab pertanyaan saya dan tidak canggung.

Lalu, pada tanggal 8 September 2012 pukul 12.22 WIB, saya melakukan wawancara dengan teman dari teman saya yang kuliah di fakultas ekonomi Universitas Gunadarma, ia bernama Noh Saputri. Saya menanyakan hal yang sama seperti wawancara telpon seperti nama, umur, alamat, hobi, aktivitas saat ini, di universitas mana ia kuliah. Wawancara ini dilakukan di tempat si interviewee kuliah, yaitu Universitas Gunadarma.

Persamaan wawancara telpon dan tatap muka : interviewee masih sama-sama canggung karena baru kenal dan tidak tahu mau ngomong apa(harus ada probing dari interviewer sendiri), waktunya tidak cukup lama karena kecanggungan pihak interviewee-nya. 

Perbedaaan : Pada wawancara tatap muka lebih mengalir suasana interviewee, tidak monoton, observasinya kaya karena adanya kontak mata, dan body language dari interviewer dan interviewee sendiri.

Pada wawancara telpon ada masalah teknis seperti suara tidak terdengar, kita tidak bisa mengobservasi tingkah laku dan body gestures si interviewee apakah ia canggung atau tidak. Hanya nada suara  agak ragu saja yang menjadi patokan saya bahwa si interviewee canggung untuk menjawab pada wawancara ini. Dan juga wawancara ini kurang menggali hal-hal yang bersifat sensitif atau topik-topik yang ingin kita ketahui dari si interviewee.

Perasaan yang timbul: Baik wawancara tatap muka dan telpon sama-sama ada nada canggung atau rasa canggung, malu-malu.

Bagaimana memulai kontak : Pada wawancara telpon saya terlebih dahulu memintakan izin kepada teman saya yang kenal dengan temannya tersebut agar tidak terkesan mengganggu privasi. Saya katakan bahwa saya ingin belajar mewawancarai orang. Dalam melakukan kontak, saya menelpon dengan nada yang sopan dan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, lalu kemudian saya arahkan si interviewee kepada beberapa pertanyaan yang sudah saya list dari awal. Pertanyaan yang berisi cukup umum dan ada juga yang bersifat khusus atau pribadi,tujuannya adalah agar wawancaranya tidak monoton dan tidak hanya terkesan basa-basi saja. Pada wawancara tatap muka, saya juga yang memperkenalkan diri dulu sembari meminta izin apakah si interviewee mau untuk menyediakan waktu untuk diwawancarai. Setelah itu saya mulai wawancara dan mengajukan semua pertanyaan yang sudah saya list.

Apa ada pengaruh kontak mata, body gestures, penampilan pada proses wawancara?
 Ada pengaruh yang signifikan karena pada wawancara tatap muka yang kaya akan observasi. Dari wawancara ini, saya bisa melihat ekspresi wajah, bisa melakukan kontak mata pada interviewee agar dianya juga fokus ke saya dan bisa menjawab pertanyaan saya. Body gestures si interviewee juga bisa saya perhatikan selama proses wawancara, bahwa ada rasa canggung ketika ia menggerakkan tangannya agak lama, goyang-goyang kaki, garuk-garuk kepala. Penampilan saya juga harus rapi ketika wawancara, karena bisa mempengaruhi cara si interviewee dalam menilai keseriusan kita untuk mewawancarai. Hal ini bisa saya perhatikan selama proses berlangsungnya wawancara tatap muka. Hal seperti ini tidak bisa saya dapatkan ketika melakukan wawancara melalui telpon karena tidak adanya aspek kontak mata, body gestures, dan penampilan.