Sabtu, 16 Oktober 2010

MASIH TENTANG PENDIDIKAN


Pendidikan memang suatu kata yang memiliki banyak esensi bagi tiap manusia. Mulai dari zaman purba pun sebenarnya manusia telah melakukan proses pendidikan namun masih dalam bahasa kasar yaitu belajar



Masyarakat purba belajar berburu, bercocok tanam, menempati suatu wilayah, mengolah logam, membuat alat untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Seiring dengan perkembangan zaman proses itu telah bergeser ke arah yang lebih kompetitif, rasional, ideal, update, terstruktur, dan sophisticated. Negara yang unggul di bidang pendidikan adalah bangsa Barat. Sejak zaman Thales, Scrates, Plato atau Aristoteles sampai ke J.K Rowling (penulis novel Harry Potter) pun mereka masih tetap unggul baik di bidang teknologi maupun dalam penerapannya. Namun, hal yang kontras terjadi di Indonesia di mana pendidikan masih jauh di bawah harapan rakyat Indonesia.
Dikutip dari site Wikipedia, Indonesia menempati peringkat 111 dunia untuk HDI (Human Development Index)1. Fakta di atas bisa dikatakan Indonesia masih belum terdidik secara menyeluruh dengan artian belum semua rakyat Indonesia belum mendapatkan pendidikan yang formal. Bangsa yang maju adalah bangsa yang terdidik secara literat dan kreatif dengan pengaplikasiannya seperti yang diterapkan bangsa Barat. Mereka tidak hanya maju di bidang ilmunya (literat) tapi juga maju di bidang pengaplikasiannya dalam bentuk teknologi yang maju bahkan canggih.

Sebagai contoh di bidang pendidikan, negara Jerman saja sudah mengratiskan warga negara utuk pendidikan bahkan sampai dia lulus sampai sarjana. Beda Jerman lain lagi yang terjadi di Indonesia. Dikutip di harian Kompas 27 Mei 2009, Menteri Pendidikan Nasional menegaskan kembali soal penyelenggaraan pendidikan gratis untuk tingkat SD-SMP negeri di seluruh Indonesia. Pendidikan gratis harus dilaksanakan tahun ini dan pelaksanaannya tidak harus seragam di tiap daerah dan hal ini sudah diatur dalam UU APBN 2008, UU Sistem Pendidikan Nasional atau, ataupun UUD 19452. Jadi, Indonesia baru melaksanakan program ini tahun lalu. Mungkin bisa dibilang terlambat karena banyak faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia. Semakin dikomersialkannya juga pendidikan di Indonesia juga membuat pembiayaan masuk institusi Perguruan Tinggi juga semakin mahal yaitu dengan dikeluarkannya BHP (Badan Hukum Pendidikan).


Menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) seperti dikutip di harian Kompas 27 Mei 2009, mengatakan bahwa indikator gratis untuk pendidikan atau sekolah ditentukan oleh pemerintah, bukan oleh masyarakat. Hal ini mencakup soal pendidikan gratis yang tidak melarang adanya sumbangan3. Hal ini lebih memperkuat proses dan menjadi faktor pemicu dari pengomersialisasi di bidang pendidikan sendiri. Menjamurnya praktik meminta sumbangan dengan berbagai alasan di institusi pendidikan Indonesia berkemungkinan membuat rakyat Indonesia khususnya golongan menengah ke bawah terbebani. 


Dikutip di harian Kompas 30 Juni 2009, Direktur Eksekutif Indonesian Street Children Organization (ISCO) Ramida H.F. Siringoringo, di sela jumpa pers '10 Tahun ISCO Berkarya' di Jakarta, Selasa, (30/6/2010) mengatakan selama 10 tahun ini, ISCO telah membantu memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak miskin kota. Tercatat, mulai Juli 2009 nanti, ISCO sudah memberikan pendidikan gratis bagi 2.000 anak miskin dari 26 wilayah kumuh di tiga Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, serta Sumatera Utara. Bantuan sebesar satu juta rupiah per tahun untuk tiap anak mulai TK hingga SMA, mulai uang pangkal, SPP, buku pelajaran, bahkan seragamnya, tetapi jika si siswa ingin terus kuliah tetap diarahkan tanpa ada biaya4. Anak miskin juga warga negara Indonesia dan tidak sepatutnya mereka tidak mendapat perlindungan oleh negara. Mereka juga butuh pendidikan yang notabene menentukan masa depan ereka kelak dalam bekerja dan berorientasi bangsa yang terdidik tentunya. Bukankah sudah tercantum di dalam UUD 1945 bahwa fakir miskin dan anak yatim dipelihara oleh negara. Jadi, sudah hal tentu bahwa pemerintah juga harus memperhatikan anak-anak miskin terutama mereka yang tidak mendapatkan pendidikan formal.



DAFTAR PUSTAKA
1. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index
2.http://www1.kompas.com/read/xml/2009/05/27/13512718/mendiknas.pendidikan.gratis.harus.tahun.ini.
3.http://edukasi.kompas.com/read/2009/05/27/19564098/Pendidikan.Gratis.Tidak.Melarang.Sumbangan.
4.http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/30/15032214/wah.200.000.anak.miskin.bakal.sekolah.gratis.